MANFAAT EKSTRAK BIJI PEPAYA.. Tak banyak yang tahu bahwa biji pepaya yang biasa kita buang, ternyata punya segudang manfaat. Salah-satunya, untuk menyingkirkan racun-racun yang menumpuk di usus dan lever kita. Penelitian menunjukkan, racun bisa menumpuk hingga seberat delapan kilogram dalam usus kita. Ekstrak biji pepaya bahkan mampu melindungi ginjal dari racun yang memicu problem gagal ginjal. Biji pepaya juga mampu membunuh parasit dalam bersarang dalam pencernaan.
Dokter Wahyu Triasmara, dalam Club Diet Sehat Bersama dr. Wahyu
Triasmara - DrW, di Facebook pada 28 Februari 2015,menjelaskan, biji pepaya juga mengandung zat antikolesterol yang hebat. Mengkonsumsi biji buah pepaya juga bermanfaat sebagai antioksidan dalam darah.
Ini teruji dalam penelitian mengenai jus biji buah pepaya, secara
signifikan dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL (lipoprotein
densitas rendah), serta meningkatkan kadar HDL.Ekstrak biji pepaya
ini memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponi
anthraquinones, dan anthocyanosides. Dengan adanya kandungan ekstrak
tersebut, biji pepaya ini mempunyai efek hipolipidemia dan antioksidan
dalam darah yang luar biasa. Efek hipolipidemia ini, sangat berguna
bagi terapi alternatif hiperlipidemia yang disebabkan adanya lemak
nabati atau kolesterol dalam jumlah terlalu tinggi. Adapun, saponin
yang ada dalam biji pepaya, bermanfaat untuk menurunkan aktifitas
kolesterol serum seperti aksi resin, yaitu dengan mengurangi sirkulasi
enterohepatik asam empedu. Melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Kandungan Fitokimia memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Sementara Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas," jelasnya. Lalu, bagaimana cara untuk bisa mengkonsumsi biji pepaya yang menyehatkan itu? Ada dua cara. Pertama, biji pepaya itu diblender dan disajikan seperti kita membuat jus. Kedua, dengan mengeringkannya, dan meblendernya, sebelum kemudian menyeduhnya seperti kita menyeduh kopi. Untuk cara kedua, begini langkah yang harus dilakukan. 1. CUCI BIJI PEPAYA, LANTAS JEMUR 2-3 HARI. 2. SETELAH KERING, BLENDER/TUMBUK BIJI PEPAYA TERSEBUT HINGGA JADI SERBUK.
3. AMBIL SATU SENDOK TEH SERBUK DAN CAMPUR DENGAN SATU GELAS AIR
HANGAT.BISA DICAMPURKAN DENGAN MADU ATAU SEDIKIT GULA AGAR RASANYA LEBIH
NIKMAT. (Atau bisa dibuat Jus langsung campur daging buah pepaya
dengan bijinya dan minum 1-2 gelas jus biji pepaya tersebut setiap
hari). Buktikan dalam 14 hari pencernaan anda makin sehat tubuh makin bugar.
Kata dokter Wahyu: "Saya dan keluarga sudah mencobanya, orang tua saya
yang sebelumnya kolesterol 270, dalam 10 hari menjadi 170. Pasien saya pun telah menerapkan metode ini. Aman dan alami…,"
SilaHkan di-share untuk teman, sahabat, keluarga, atau bahkan orang
yang tidak sodara kenal sekalipun Semoga kita selalu mendapatkan ilmu,
hidayah dan perlindungan Allah Subhana wata’ala dimanapun kita berada...
Aamiin ya Rabbal’alaamiin...
(1) Tentu poligami mrpkn syari'at yg mulia, karena
memperhatikan maslahat umum, meskipun mengakibatkan kezoliman akan
tetapi bersifat individual yaitu trhdp istri pertama. Bukankah istri
ke2, ke3, dan ke4 mendapatkan kemaslahatan? (2)Tdk semua peminat poligami bisa menjalankannya..., bagi seseorang yg tdk adil, maka akan diperm alukan
oleh Allah pada hari kiamat dgn menjadikan badannya miring. Tdk malukah
anda jika ternyata anda dipermalukan dan dibongkar aibnya dihadapan
khalayak??. Adapun yg mampu maka badannya tegak lurus dan PeDe !! (3)
Jika utk menikahi istri yg pertama syari'at mempertimbangkan kemampuan
ekonomi, bagaimana lagi untuk yg ke2,ke3,dan ke4??. Mungkin ada yg
nyeletuk, "Para sahabat miskin aja poligami?". Memang benar..., jika
anda bertakwa, berusaha, bertawakkal sbgmn para sahabat maka silahkan... (4)
Jika anda ingin poligami karena ingin menjaga pandangan atau agar bisa
terhindar dari zina, maka itu tujuan yg diperbolehkan, maka tdk perlu
anda mengatakan : "Saya poligami bukan krn syahwat, tapi ingin
menjalankan sunnah Nabi". Kalau syahwat tdk punya peran knp tdk mencari
janda yg tua sekalian? Kan lbh banyak pahalanya !! (5) Islam dibangun
atas menimbang antar maslahat &mudhorot. Karenanya perlu persiapan
matang dan lama untuk berpoligami. Coba timbang2, apakah setelah
poligami anda lbh banyak memperoleh kemaslhatan? Ataukah sebaliknya?. (6)
Menurut pengamatan..., suksesnya poligami sangat terkait dgn peran dan
sikap istri pertama, maka butuh waktu dan kesabaran mendidik istri
pertama (7) Jika akhirnya antum berpoligami dan mendapatkan istri ke2
yg lebih muda dan cantik, maka janganlah pernah lupa perjuangan dan
kebaikan istri pertama dlm membina rumah tangga sehingga akhirnya anda
siaap poligami, membina anak2, kesibukannya yg banyak membuat dia tdk
sempat merawat diri dan kecantikannya. (8) Karenanya lebih mengalah
dan memberi udzur trhdp istri pertama jika ada sikap2nya yg salah
setelah anda berpoligami. Tanamkan hal ini juga kpd istri barumu agar ia
lbh menghormati dan mengalah terhadap istri pertama (9) Poligami mrpk amalan sholeh, karenanya bisa jadi seseorang riyaa' dgn "memamerkan" poligaminya (10)
Berusahalah menjadi pelaku poligami yg sukses sehingga mengharumkan
sunnah Nabi, dan janganlah sebaliknya -sbgmn yg sering terjadi- sehingga
memperburuk kesan syari'at poligami
Ini Dia Obat Sakit Jantung, Diabetes, dan Darah Tinggi Yang Belum Banyak Diketahui
Penyakit jantung, diabates atau kencing manis, dan darah tinggi
merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita masyarakat
Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang tidak sehat, serta
kebiasaan buruk seperti rokok, minuman soda, dan berlebihan dalam
mengkonsumsi gula. Ini Dia Obat Sakit Jantung, Diabetes, dan Darah Tinggi Yang Belum Banyak Diketahui
Tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan untunglah Tuhan
menyediakan berbagai pengobatan alternatif seperti salah satunya yang
kami share ini. Bagi anda penderita penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi silahkan mencoba tips berikut. Tips ini kami
dapat dari Ustaz Sharhan Syafie yang berhasil mengobati penyakit
jantung, kencing manis, dan darah tinggi. Siapkan sebuah kelapa muda
yang dalamnya masih lembut ditambah 3 batang serai yang sudah diketuk,
tambah 7 biji halba, lalu panaskan dan minum airnya. Konsumsi ramuan ini 2 hari sekali, jadi misalkan anda punya 7 buah kelapa muda maka itu cukup untuk 14 hari konsumsi. Selamat mencoba, insya Allah bila dijalankan sesuai petunjuk peluang kesembuhannya 80% bisa sembuh. SHARE tips penting ini kepada rakan anda di facebook agar mudah terbaca oleh mereka yan
g menghidap sakit jantung, kencing manis dan darah tinggi.
Keterangan: Halba biasa juga disebut klabet/kelabat biasa digunakan
untuk bikin kare, kelabat bisa di dapatkan / di beli di toko
bumbu-bumbu. Semoga bermanfaat...!!
Kisah Nyata: Inilah Drama Pernikahan Poligami yang Sempurna dan Sangat Mengharukan
Oleh Moeflich Hasbullah a
Inilah
kisah nyata drama kehidupan yang sangat mengharukan yang patut menjadi
renungan, pelajaran dan contoh bagi kita semua. Sahabat dekat saya
seorang yang sangat tulus dan ikhlas dalam berdakwah. Sebut saja namanya
Ahmad. Usianya masih muda, baru 40 tahun. Dari orang-orang yang saya
kenal, belum pernah saya menemukan orang seikhlas dan setulus dia dalam
berbuat amal dan kebaikan. Ia tidak pernah merasa dirinya ustadz, tapi
jama’ahnya memanggilnya begitu.
Ia berkeliling ke kampung-kampung, dari satu daerah ke daerah lain di
Jawa Barat, dari Indramayu hingga Lebak, Banten, mengajak orang pada
kesadaran agama dan kini jama’ahnya sudah ribuan. Bedanya dengan
ustadz-ustadz lain yang kita kenal adalah bila mereka diundang ke
masjid-masjid besar di kota, diundang ke Jakarta, dzikir nasional,
datang berduyun-duyun, ustadznya berdiri di mimbar dan duduk di ruang
yang nyaman, disorot televisi, populer dan dibayar. Ustadz yang satu
ini, jauh dari suasana itu. Ia sendirilah yang datang berkeliling ke
daerah-daerah dan kampung-kampung serta pelosok. Dialah yang mendatangi
jama’ahnya sendirian tanpa ada yang membiayainya sepeserpun. Hotelnya
adalah masjid, surau, tajug atau langgar. Ustadz muda ini membangun
jama’ah yang bernama Jama’ah Taushiyah Syaghafan, pusatnya di Bandung.
Ia tidak mau dikenal orang, dipuji dan menjadi populer. Popularitas
baginya adalah godaan besar dalam berdakwah dan telah banyak merusak
niat, mengotori hati dan membelokkan manusia dari keikhlasan berdakwah.
Secara rutin, ia mengunjungi dan membina jama’ahnya di kampung-kampung.
Tapi jangan salah, jama’ahnya bukan hanya orang-orang kecil. Kelas
menengah, orang-orang kaya dan pejabat tinggi juga ada.
Dalam berdakwah, prinsipnya tak pernah mau dibayar sepeserpun. Uang
puluhan juta sebagai amplop atau ucapan terima kasih, bahkan mobil dan
rumah sebagai hadiah atau penghargaan lain dari orang-orang kaya yang
disadarkannya dalam agama semuanya ia tolak. Padahal, ia orang yang
kekurangan, jarang punya uang disakunya. Hidupnya benar-benar sederhana
dan bersahaja. Penampilan biasa seperti pemuda kebanyakan. Memakai kaos
atau kemeja dan tidak memakai asesoris keulamaan. Jauh dari kesan
seorang Ustadz atau orang yang punya banyak kelebihan.
Ia sangat berpengaruh pada jama’ah yang dibinanya. Tangisan dan
uraian air mata jama’ah adalah biasa saat mendengarkan nasehat-nesehat
dan wejangan-wejangannya tentang kehidupan sehari-hari tapi menyentuh.
Selain menyadarkan orang, ia juga membantu menyelesaikan masalah-masalah
jama’ahnya dengan jalan keluar yang konkrit, tidak hanya nasehat dan
anjuran seperti para mubaligh dan ulama lain. Ia juga mengobati berbagai
penyakit pada orang yang ia tahu harus dibantu. Ia kuat tidak tidur dan
menahan lapar berhari-hari. Ia mengetahui mana makanan yang bisa
dimakan olehnya dan mana yang tidak. Itulah kekuatannya dan itulah yang
membuatnya berpengaruh pada jama’ahnya, berpengaruh saat memberikan
nasehatnya. Ia seorang hamba Allah yang sangat langka dan patut
dicontoh. Dibawah ini adalah salah satu kisah menarik bagaimana ia
menjawab persoalan jama’ahnya yang dipecahkannya secara konkrit.
* * *
Suatu siang di bulan Desember 2008, di salah satu kumpulan jama’ahnya
di sebuah kampung di daerah Subang utara, Jawa Barat, setelah selesai
pengajian rutinnya yang saat itu membahas bagaimana membangun keluarga
Muslim yang sakinah, ada seorang jama’ah, seorang Bapak berusia sekitar
55 tahun, sebut saja namanya Pak Hasan, ia memohon Ustadz Ahmad untuk
bertandang silaturahmi ke rumahnya. Ustadz itu memenuhinya. Ia berniat
meneruskan pengajiannya dengan satu dua orang yang masih mengikutinya di
rumah Pak Hasan untuk melakukan pembinaan. Hal itu sudah biasa ia
lakukan. Setelah pengajian, tidak langsung pulang, melainkan meneruskan
pendalaman, bila perlu seharian tau dua hari dan sering tanpa makan.
Setelah berada di rumahnya dan air minum tersedia, Pak Hasan membuka
pembicaraan pelan-pelan. Seperti ada persoalan berat yang ingin ia
tanyakan.
“Pak Ustadz boleh saya menanyakan sesuatu?”
“Ya, masalah apa Pak?”
Sambil agak malu-malu, ia bertanya, “Begini Pak Ustadz. Tadi Pak
Ustadz menyinggung juga sedikit masalah poligami yang benar menurut
tuntunan agama. Terus terang, ini nyambung dengan yang ada di hati saya.
Saya kebetulan berniat menikahi seorang perempuan di desa ini. Saya
sudah dekat dengan dia dan bersilaturahmi kepada orang tuanya. Orang
tuanya sudah tahu dan menerima niat saya. Tapi, saya bingung menghadapi
istri saya. Ia pasti akan menolak dan tidak menyetujuinya. Saya mohon
nasehat Ustadz, gimana sebaiknya ya Pak? Saya bingung.”
Ustadz sahabat saya ini segera paham, ia berniat poligami. “Pak,
poligami dibolehkan dalam agama. Tapi harus hati-hati, harus benar-benar
menjaga niatnya. Niat, cara dan tujuannya harus benar. Naah, niat dan
tujuan Bapak menikahi perempuan itu apa? Jangan karena nafsu, hanya
karena cantik, menarik, dan perempuannya mau. Atau karena merasa Bapak
banyak uang, nanti akan kacau rumah tangga Bapak.”
“Begini Pak Ustadz. Niat saya ingin menolong perempuan itu. Orangnya
baik, shaleh, dari keluarga sederhana. Usianya sekitar 36 tahun tapi
belum menikah juga. Saya ingin membantunya dengan sekalian saja
menikahinya. Insya Allah, saya niatkan sebagai ibadah. Dengan pandangan
yang sama bahwa nikah itu ibadah, dia mau menjadi istri kedua, dia siap.
Saya juga Insya Allah mampu. Kan tidak salah Pak Ustadz?” Katanya
sambil agak malu-malu. “Tapi, bagaimana menghadapi istri saya menurut
Ustadz? Dia pasti menolaknya.”
Ustadz ini kebetulan memiliki kemampuan istimewa. Ia seorang yang
kasyaf secara ruhani. Atas kemampuan bacaan ruhani seorang mukasyafah,
orang modern menyebutnya “the six sense.” Ustadz ini bisa melihat aura
seseorang dengan mudah. Dari auranya, ia bisa mengetahui karakter asli
seseorang termasuk bohong tidaknya. Aura si Bapak ini bagus, orangnya
jujur, agamanya bagus, mendidik istri dan keluarganya juga bagus. Ia
berwibawa di hadapan istrinya dan istrinya pun hormat padanya. Ustadz
itu tahu, orang ini perlu dibantu. Aura rumahnya pun bagus, ia membaca
ada kelancaran atas niat si bapak ini. Disisi lain, si Bapak ini orang
berada, kehidupan ekonominya maju.
“Eemh… sebuah niat yang baik dan mulia. Kalau benar niat Bapak
seperti itu kenapa harus takut? Masalahnya, bingung menghadapi istri ya
Pak? Hehehe … Begini saja, tolong panggil istri Bapak kesini. Insya
Allah ada jalan keluarnya.” Dengan senang, deg-degan dan agak takut, si
Bapak menuruti. Ia memangggil istrinya ke hadapan Ustadz itu. Setelah
berada di ruang tamu, Ustadz menyapa si Ibu yang tadi siang juga hadir
di pengajiannya:
“Buu… saya mau bicara, tidak mengganggu kan? Bisa kan Ibu duduk disini?”
“Iya, Pak Ustadz.” Jawab si Ibu yang telah menjadi jama’ahnya rutinnya.
“Begini Bu, jangan kaget yaa… Ibu tenang saja, jangan emosi, ada saya
disini. Ada kabar yang mungkin mengagetkan dan tidak enak buat Ibu.
Tapi, segala sesuatu bisa dimusyawarahkan dengan baik. Buu…, tadi saya
mendengar sendiri dari Bapak. Bapak, suami Ibu ini, punya niat menikahi
seseorang. Niatnya baik dan mulia, ia ingin membantunya menolong orang
itu. Niat baik itu tidak boleh dihalangi. Menghalangi niat baik
seseorang bisa menjadi dosa buat kita. Nah, niat baik itu dari siapapun
harus dibantu. Insya Allah menjadi ibadah buat kita selama kita ikhlas
membantunya. Dalam hal niat bapak ini, ibu pasti berat, tapi disitulah
nilai ibadahnya. Berbuat ikhlas itu berat tapi disitulah keutamaaanya.
Nah, bagaimana pandangan dan sikap Ibu? Silahkan jujur dan terbuka
disini. Mumpung ada saya, silahkan ungkapkan hati Ibu apa adanya kepada
Bapak. Jangan merasa ada paksaan dan jangan merasa terpaksa.” Kata
Ustadz meyakinkan.
Si Ibu tentu saja kaget luar biasa. Jantungnya berdetak keras. Ia
seperti kena halilintar di siang bolong mendengar penjelasan itu. Tapi,
Ustadz itu sangat dihormatinya dan telah mempengaruhi jiwa dan kesadaran
agamanya. Pengajiannya selama ini banyak menyadarkan jama’ahnya
bagaimana beragama yang benar. Ia sering sekali menekankan pentingnya
ikhlas dalam menjalani hidup, menghadapi cobaan dan dalam beribadah.
Penjelasannya sederhana tapi menyentuh. Banyak jama’ahnya yang ingin
benar-benar berubah.
Si Ibu benar-benar bingung dan berat menjawabnya.
“Pak … secara syari’at, Mamah tuh gak ada masalah, Mamah nerima itu
ketentuan Allah !! Tapi, hati ini gimana yaa..” katanya berat. “Pak,
Bapak tuh benar begitu… ? Mencari apalagi sih Pak? Bapak itu ekonomi
sudah maju, harta banyak, ke haji sudah, anak-anak sudah punya, mencari
apalagi Paaak…?”
Setelah istrinya menjawab, Pak Hasan mengulangi mengutarakan niatnya.
Mereka berdua saling jawab, berdialog. Ustadz membiarkan mereka
berkomunikasi secara terbuka dan murni tanpa ada rekayasa.
“Bu… tadikan saya sudah membantu menyampaikannya pada Ibu. Bapak sudah
mengutarakan niatnya,” sela Ustadz Ahmad, “Insya Allah niat Bapak memang
baik. Tapi ingat, Ibu menjawab jangan karena saya. Harus benar-benar
jujur yang keluar dari hati ibu. Saya disini hanya membantu saja agar
Ibu mengetahuinya. Jangan ada kebohongan dalam rumah tangga. Bisa
celaka. Bisa ada akibat yang tidak diinginkan bila bapak memendam
niatnya dan tidak terus terang kepada Ibu. Makanya, saya memanggil Ibu.
Inikan lebih baik daripada Bapak nanti main belakang. Ya kan Bu?”
“Iya Pak Ustadz.”
Kebetulan, istrinya ini seorang istri yang baik. Suaminya juga sama,
memiliki wibawa di depan istrinya. Pak Hasan membimbing agama di
keluarganya dengan baik. Secara ekonomi, selama ini si Ibu dan
anak-anaknya tidak merasa kekurangan bahkan terbilang lebih dibanding
tetangganya sekitarnya. Pengaruh Ustadz itu disitu mengendalikan suasana
menjadi terbuka, terus terang dan terkendali. Tidak ada luapan emosi
dan kemarahan.
“Maafin Bapak ya Mah… Bapak tidak berniat mengurangi kasih sayang dan
perhatian pada Mamah dan keluarga. Tidak. Bagi Bapak, Mamah dan
anak-anak tetap nomor satu. Bagi Bapak, keluarga adalah harta yang
sangat berharga. Bapak sayang sama Mamah dan anak-anak. Bapak tergerak
hati untuk menolongnya. Kebetulan dia mau. Jadi syukur, tidak juga tidak
apa-apa. Bapak terserah takdir Allah saja. Niat Bapak mudah-mudahan
menjadi ibadah. Mamah ridha kan…?? Gimana Mah, Mamah mengizinkan tidak?”
Si Ibu itu tampak diam, perasaannya berat dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Jadi gimana Buu…? Ibu menerima?” Ustadz menegaskan lagi perlahan.
Sambil berharap-harap cemas, suaminya juga mengulanginya lagi:
“Gimana Mah, keberatan tidak?”
Tiba-tiba, “Khuaa…huu…huu…” Istrinya menangis di pangkuan suaminya,
ia meraung dan terisak. Melihat itu, si Bapak pun tak kuat membendung
air matanya. Ia pun menangis sambil memeluk istrinya. Keduanya menangis
dalam pelukan haru mengekspresikan isi hatinya yang berat. Ustadz pun
tak kuat menahan perasaannya. Hati si Ibu tampak sangat berat, tapi ia
sedang berjuang mengalahkan beban perasaannya. Dari auranya, Ustadz
Ahmad membaca, istrinya ini adalah tipe istri yang taat dan hormat pada
suaminya. Ustadz bergumam dalam hatinya: “Biarkan saja pada menangis,
memang harus begini prosesnya.”
Setelah tangisnya agak reda, lama si Ibu masih belum menjawab.
Lidahnya seolah terkunci. Ia berfikir dan perasaannya bercampur.
Menjawab “tidak” ia segan pada suaminya dan khawatir menjadi masalah ke
depannya. Sebagai istri, ia bergantung penuh suaminya. Suaminya selama
ini adalah suami yang baik. Ia adalah pemimpin rumah tangga yang harus
ditaati. Selama ini, ia tidak pernah membangkang. Buat apa rajin ke
pengajian kalau ia menjadi seorang istri pembangkang. Ia takut durhaka.
Ada juga bayangan ketakutan suaminya ini suatu saat main belakang dengan
perempuan lain, bila ia menolaknya. Pikiran dan perasaannya berkecamuk.
Ia juga merasa segan pada Ustadz Ahmad yang berwibawa yang telah
menjadi penyambung lidah suaminya. Tapi, menjawab “iya,” hatinya
merasakan berat. Suaminya dan Ustadz Ahmad masih menunggu. Setelah agak
lama, Ustadz bertanya lagi perlahan, “gimana Bu? Ibu bersedia? Rela?”
Dalam kemelut fikiran dan isak tangisnya, akhirnya istrinya menjawab
pasrah: “Pak Ustadz, saya pasrah saja pada suami saya. Saya taat pada
Bapak sebagai pimpinan rumah tangga. Mudah-mudahan ini menjadi ibadah
dan kebaikan saya di mata Allah.”
“Benar bu yaa…?”
“Iya, Pak Ustadz.” Tensinya melemah.
“Yaa… syukurlah… kalau ibu bisa menerima kenyataan ini. Mudah-mudahan
Ibu tabah dan kuat menghadapinya. Bu, hidup ini seringkali mengagetkan
dan tidak seperti apa yang kita kehendaki. Allah saja sudah mengaturnya
seperti itu. Nah, bisa tidak kita ikhlas menerima takdir Allah yang
menimpa kita itu? Kalau ikhlas, Insya Allah menjadi ibadah, jaminannya
pun Insya Allah surga. Tapi ingat, Ibu berharap ini menjadi ibadah bukan
karena saya. Ibadah itu hubungan Ibu langsung dengan Allah. Saya
do’akan, Insya Allah, ini menjadi kebaikan ibu karena ibu bisa
mewujudkan keikhlasan yang berat ini. Bukan soal Bapak nikah laginya
ini, tapi soal keikhlasan dalam urusan apapun.”
“Bu,” sambung Ustadz lagi, “Ibu itu perempuan. Saya tahu, perasaan ibu berat walaupun ibu menyatakan ikhlas dan menerima.”
Ustadz Ahmad berfikir, untuk sementara biarlah tidak apa-apa. Wajar.
Ikhlas itu memang berat. Tapi, justru disitulah nilai ibadahnya.
Mengalahkan rasa berat yang mengganjal dihati demi kebaikan adalah
perjuangan untuk mewujudkan keikhlasan. Itulah pengorbanan berat yang
akan mendatang ridha Allah.
“Bu, istri-istri Rasulullah saja merasa berat dimadu. Mereka juga
sama perempuan. Tapi mereka bisa mengalahkan perasaannya. Itulah contoh
buat kita. Agama juga memerlukan pengorbanan rasa. Kalau tidak ada
pengorbanan rasa tidak akan ada keagungan. Mengalahkan rasa berat dan
berkorban perasaan demi kebaikan dan demi ketaatan kepada Allah adalah
keagungan. Inti perjuangan itukan mengalahkan rasa berat, mengalahkan
godaan, mengalahkan egosime. Kalau agama tanpa pengorbanan tidak akan
ada ibadah, tidak akan ada perjuangan, tidak akan ada keutamaan. Itulah
yang membuat kita tinggi dan mulai di sisi Allah SWT. Naah… mari, usaha
mewujudkan keikhlasan dan tekad mengalahkan nafsu itu kita mulai
sekarang mumpung ada kesempatan. Jadikanlah ini sebagai ibadah ibu,
justru ini ibadah ibu yang besar karena sanggup mengalahkan rasa berat.
Ibu bisa saja menolak menjawab “tidak mau” untuk menuruti rasa panas
hati ibu, tapi itu hati yang kerdil. Selama niat dan tujuan suami baik,
bisa tidak kita justru membantunya bukan malah menghalanginya. Bapak
caranya baik kepada Ibu dan ibu membalasnya juga dengan baik. Tanpa
terasa, ini adalah saling memberi kebaikan antara Bapak dengan Ibu.
Inilah suami istri yang diridhai Allah SWT.”
“Pak,” Ustadz Ahmad menggilirkan nasehatnya pada suaminya yang tampak
sedang menyembunyikan rasa senangnya, “ingat Bapak jangan dulu senang
dengan penerimaan istri Bapak. Tugas bapak justru lebih berat sekarang.
Bapak harus menjaga niat, jangan sampai berubah. Sekali niat Bapak
melenceng bukan karena Allah nanti akan menjadi nafsu. Nafsu menggoda
kita dengan cara yang sangat halus, sangat tidak terasa. Niat yang lurus
akan mengontrol Bapak dari melakukan kesalahan dan kekeliruan. Tapi
dasarnya salah dan niatnya nafsu, akan menghancurkan kehidupan Bapak.
Sudah banyak contoh Pak, orang yang poligami menjadi hancur keluarganya
karena dasar dan niatnya salah. Bapak jangan membayangkan kesenangan,
tapi tanggung jawab yang berat di hadapan Allah kelak bila Bapak tidak
adil. Adil itu proporsional Pak, terutama dalam rasa, bukan materi.
Bapak tidak mungkin adil dalam materi karena Bapak sudah lama berumah
tangga dengan Ibu. Ibu sudah banyak menerima nafkah dan materi dari
Bapak. Tapi dalam rasa, Bapak harus menjaga keseimbangan. Momen yang
baik sekarang ini harus menjadi langkah awal menciptakan keluarga yang
lebih baik lagi, yang sakinah mawaddah warahmah. Ini harus
menjadi langkah awal Bapak lebih baik lagi berkomunikasi dengan ibu,
kalau perlu lebih harmonis lagi, lebih sayang dan lebih perhatian dari
sebelumnya. Rumah tangga bapak yang sakinah harus dimulai dari pertemuan
sekarang ini, karena langkah ini dimulai dengan cara yang baik. Tidak
boleh lagi ada kebohongan atau dusta antara ibu dan bapak. Segalanya
bicarakan dengan musyawarah. Jangan berat sebelah. Ingat, tanggung jawab
Bapak sebagai kepala rumah tangga semakin berat dengan dua istri. Allah
akan meminta pertanggungjawaban Bapak kelak.”
“Ibu,” kata Ustadz Ahmad lagi, “Ibu juga harus menerima kenyataan
ini. Ibu harus membuktikan keikhlasan ibu, jangan hanya di mulut. Jangan
hanya sekarang karena ada saya, kesananya tidak. Ibu sekarang tidak
bisa merasa lebih memiliki Bapak. Ibu harus menerima kenyataan bahwa
sekarang ada istri lain yang memiliki Bapak. Ada istri lain yang harus
diperhatikan. Ibu harus menerima dan ikhlas dengan pergiliran waktu.
Mari saling menjaga, saling memperhatikan, saling menyayangi, saling
mengerti dan saling memaafkan diantara kita. Insya Allah rumah tangga
Ibu dan bapak akan sakinah.” Sekitar 15 menit Ustadz Ahmad memberikan
nasehat pada mereka berdua. Ustadz itu merasa sudah membawa mereka pada
rumah tangga poligami, maka ia pun harus benar-benar membekalinya, tidak
bisa asal-asalan, jangan kesananya jadi hancur. Mereka berdua khidmat
mendengarkan, tidak berani menyanggahnya, karena memang tidak perlu ada
yang disanggah.
* * *
Setelah menasehati panjang lebar, Pak Ustadz muda itu kemudian melangkah lagi satu langkah.
“Nah sekarang, calon istri bapak yang baru tolong bawa kesini. Yang manggilnya Bapak. Ibu disini.”
“Panggil Pak Ustadz?” kata suaminya.
“Iya panggil. Bapak harus menjemputnya dan membawanya kesini.”
Dengan air mata yang sudah mengering di wajahnya, si Bapak berdiri dan
pamitan pada istrinya dan Pak Ustadz. Ia berjalan dengan hati yang
bekecamuk, antara senang dan haru. Bebannya merasa telah terpecahkan dan
tidak menyangka kejadiannya akan mengharukan seperti ini. Rumah
calonnya tidak terlalu jauh, tak lama ia datang berdua. Perempuan muda
itu sebut saja Aisyah, masih dari lingkungan kampungnya.
Saat berjalan, calon istri keduanya kaget, bergetar dan ketakutan.
Perasaan bersalah menghinggapinya. Bisa dibayangkan, ia diundang oleh
Ustadz Ahmad ke rumah Pak Hasan yang selama ia menjalin hubungan
dengannya. Ia merasa akan disidang karena merasa telah mengganggu rumah
tangga orang. Apalagi, disitu ada istrinya Pak Hasan. Tapi, ketika
menjemputnya, rupanya Pak Hasan berhasil meyakinkannya bahwa ia diundang
justru Ustadz Ahmad akan memenuhi harapannya diperistri Pak Hasan.
Begitu masuk rumah, Bu Hasan dan Aisyah saling menatap. Mereka kaget
sekali. Hah?? Rupanya mereka saling mengenal. Si Ibu sangat kaget, tidak
menyangka sama sekali bahwa calonnya adalah orang yang dia kenal.
Sesudah mengucapkan salam, pada kaget, melongo dan hatinya saling
bertanya-tanya. Pak Ustadz itu menenangkan.
“Silahkan duduk. Siapa namanya?”
“Aisyah, Pak Ustadz.” Jawabnya pelan.
Perempuan itu wajahnya lumayan tapi tampak sudah berumur. Dengan malu-malu dan ketakutan, ia duduk di sebelah Ustadz Ahmad.
“Begini ya Aisyah… Tenaang yaa… Jangan takut. Ini bukan musibah, ini
justru barokah. Pertemuan ini Insya Allah barokah.” Kata Ustadz
menenangkan.
“Naah… Aisyah,” kita semua disini sudah mengetahui niat dan keinginan
Bapak ini dengan Aisyah. Pak Hasan sudah mengutarakannya kepada Ibu
secara terbuka. Ibu sudah mendengar semuanya. Tadi mereka sudah
berangkulan saling mengikhlaskan. Walaupun terasa berat, Ibu sudah
mengikhlaskan menerima niat Bapak dengan Aisyah.”
Aisyah sangat kaget. Ia bingung dan perasaan tidak menentu mendengar
penjelasan Ustadz Ahmad. Rencana, keinginan dan bayangan dinikahi Pak
Hasan musnah sejenak disitu. Yang ada adalah perasaan sangat malu pada
Bu Hasan.
“Nah, sekarang sudah kumpul. Disaksikan ibu, bapak sekarang silahkan
utarakan maksud Bapak kepada Aisyah!” Instruksi Ustadz itu. Sambil
merasa berat karena disaksikan istrinya, Pak Hasan berkata, “Neng,
maafkan Bapak ya… Bapak ingin mewujudkan niat kita itu. Dari pada kita
sembunyi-sembunyi, daripada kita tertutup mendingan terbuka begini.
Selesai pengajian tadi, Bapak nanya sama Pak Ustadz Ahmad meminta
nasehat jalan keluarnya. Ternyata Pak Ustadz menyelesaikannya dengan
jalan seperti ini. Benar-benar diluar dugaan. Tapi, Bapak merasa lega
sekarang karena istri bapak sudah mengijinkan. Tapi, Bapak terserah
Neng, mau syukur, tidak juga tidak apa-apa. Bagaimana, Neng menerima
Bapak tidak?”
Wajah Aisyah tampak pucat dihinggapi rasa malu. Lidahnya terasa berat
dan kelu. Ia seolah tak sanggup berbicara, ia merasakan betul berada
pada pihak yang salah telah mengganggu keluarga orang. Tapi, ia juga
tidak mungkin mendustai perasaannya dan mementahkan apa yang sudah
direncanakannya dengan laki-laki yang sudah beristri itu.
“Ayo bu…, dijawab saja, tidak usah malu-malu. Ini adalah kebaikan. Biar menjadi jelas..!” Pinta Ustadz Ahmad.
Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya keluar juga kata-katanya. Matanya berkaca-kaca.…
“Pak Ustadz, saya malu, merasa sebagai pihak pengganggu. Saya
benar-benar mohon maaf pada semuanya, terutama pada ibu. Saya pasrah
saja, saya ikut saja, pada keputusan bapak dan ibu.”
“Ya sudah,” Ustadz cepat-cepat menukas. Ia memaklumi Aisyah berada pada
posisi yang tidak enak. “Tidak perlu merasa malu. Kebaikan sudah dibuka
dirumah ini. Aisyah sudah diterima oleh Bu Hasan untuk turut mendampingi
Bapak.”
“Sekarang, giliran Ibu bicara sama Aisyah.” Pinta Ustadz Ahmad lagi,
“silahkan, ungkapkan perasaan Ibu. Apa yang ingin Ibu sampaikan.”
Si Ibu juga berat, lidahnya terasa kaku. Sangat susah ia megeluarkan
kata-kata. Walaupun sudah menerima, perasaannya masih tidak menentu. Ia
kemudian menangis lagi. Nafasnya tersengal. Ia sedang berjuang
mengalahkan perasaannya. Kedua perempuan ini duduk berhadapan. Ia sudah
menyatakan rela atas keinginan suaminya yang berarti ia harus menerima
perempuan muda yang ada dihadapannya itu. Kemuliaan perempuan ini lebih
besar dari egoismenya memiliki penuh suaminya. Ketaatannya sebagai istri
telah mengalahkan nafsunya untuk mengikuti bisikan menolak niat
suaminya. Kerelaan dimadu adalah kekuatan mengalahkan diri sendiri. Dan
itu berat. Karena itu hanya sedikit perempuan yang sanggup menerimanya.
Kebanyakan adalah perempuan biasa, yang dengan kesadaran umum ia menolak
mentah-mentah bahkan tak sungkan-sungkan memilih cerai daripada dimadu.
Kekuatan diri dan kebesaran jiwa tidak dibentuk oleh tingkat pendidikan
dan pergaulan modern melainkan oleh sikap penerimaan, keikhlasan dan
kepasrahan yang tinggi melalui tempaan pengalaman hidup. Bu Hasan sedang
menunjukkan kekuatan itu pada perempuan muda dihadapannya. Sambil
terisak, ia berkata berat: “Te.. rus… tee… raang… huu…hhuu…hiks….hiks.
Ibu kira bukan Eneng orangnya. Hik…hik…hiks… Ibu sering melihat Eneng.
Ibu bukan Eneng… Tapi, ya sudaah… Ibu pesen saja… kita urus sama-sama si
Bapak ya Neng… Eneng jangan sayang sama Bapak saja… Eneng harus sayang
juga sama keluarga dan anak-anak ya Neeng … hik…hik… hiks…”
Mendengar kerelaan yang diungkapkan dalam suasana haru saat itu,
Aisyah bukannya senang, tapi malah tak kuat menahan perasaannya. Ia pun
meneteskan air matanya, terharu. Ia menjatuhkan kepalanya pada pangkuan
Bu Hasan. Suasana jadi semakin haru.
““Huu … huu…. hiks… hiks… Maafkan saya Bu… Maafkaan… Sekali lagi ma..
aaaf…!” Jawab perempuan muda itu tersedu-sedu takluk pada kemuliaan hati
bu Hasan.
“Ya cukup… cukuuup…” kata Ustadz Ahmad yang juga matanya basah melihat
adegan ini, “Alhamdulillah … Pernyataan bersedia sudah pada keluar
secara jujur dan terbuka dari ketiga belah pihak. Insya Allah ini akan
menjadi awal yang baik dalam membangun rumah tangga. Insya Allah, saat
ini Allah sedang menurunkan barokahnya di ruangan ini. Air mata
kepasrahan ibu berdua adalah saksi atas turunnya rahmat Allah hari di
rumah ini. Alhamdulillah… kita dijauhkan dari suasana amarah dan emosi,
tempatnya syetan menyelusupkan bisikan godaannya.”
“Sudaah… bu yaa… antara ketiga pihak ini sudah merelakan.” Kata Ustadz Ahmad.
“Tapi maaf,” pikiran Ustadz itu menghentak lagi, “ini belum selesai.
Sekarang saya minta, tolong panggilkan kedua orang tua Ibu alias mertua
Pak Hasan. Yang manggilnya Bapak. Tolong harus hadir disini. Bilang saja
saya yang memintanya. Mohon dengan sangat gitu!”
“Pak Ustadz, maaf, kenapa mereka harus dipanggil juga?” Pak Hasan nampak keberatan.
“Oh iya, harus!” Tegas Ustadz. “Keluarga harus tahu semuanya biar tidak
ada fitnah diantara saudara. Kita sudah mengawali dengan langkah yang
baik, dengan keterbukaan. Semua keluarga harus tahu biar tidak ada
fitnah dan ghibah dalam keluarga. Caranya harus seperti ini. Para orang
tua juga harus dihadirkan untuk memberi tahu dan meminta do’anya.”
Semuanya pada kaget, tak menyangka dengan langkah Ustadz Ahmad. Tapi,
karena Pak Hasan yang menginginkan pernikahan ini, ia menuruti juga.
Ketika ia melangkah pergi, Ustad Ahmad memberi tugas juga pada istrinya.
“Naah… Ibu. Maaf, tugas Ibu tolong hadirkan juga orang tuanya Bapak
atau mertua Ibu. Ibu ini istrinya bapak. Harus lengkap semua supaya
pernikahan ini menjadi barokah buat semuanya.”
Si Ibu kaget juga, tapi suasana haru saat itu tidak membuka ruang
berfikir, yang ada adalah ketaatan pada Ustadz muda yang meyakinkan ini.
“Baik Pak Ustadz,” Bu Hasan pun melangkah pergi menjemput mertuanya.
Orang tua Pak Hasan rumahnya cukup dekat. Sekitar setengah jam sudah
tiba. Sedangkan orang tua Bu Hasan agak jauh. Sekitar dua jam Ustadz
Ahmad menunggunya. Menjelang maghrib mereka semua sudah kumpul. Drama
itu diselang dulu oleh shalat maghrib berjama’ah yang dipimpin oleh
Ustadz Ahmad sendiri.
* * *
Orang tua Bu Hasan masih lengkap, sedangkan orang tuanya Pak Hasan
tinggal bapaknya. Istrinya sudah lama meninggal dunia. Yang datang jadi
bertiga. Usia mereka rata-rata antara 70-75 tahunan. Selesai shalat
magrib berjama’ah, Ustadz Ahmad rupanya masih menugaskan kedua suami
istri itu, Pak Hasan dan istrinya, dengan tugas baru.
“Pak, Bu, orang tua Bapak dan Ibu masing-masing sudah hadir. Sekarang
maaf, orang tuanya Aisyah juga harus dijemput. Mereka harus dihadirkan.
Keduanya harus datang kesini, yang menjemputnya Bapak dan Ibu berdua.
Maaf Pak, Bu yaa… harus begitu.”
Suami istri itu kaget dan bingung. Mereka celingukan. Langkah ustadz
itu benar-benar diluar dugaan. Ia memberikan tugas berat terutama bagi
bu Hasan. “Menjemput mertua calon maru? Mertua istri muda? Aakhh… betapa
beratnya,” bayangan Bu Hasan. Bila menggunakan nafsu, ia ingin
mengatakan, “enak benar si Bapak! Sudah diizinkan, dijemput lagi oleh
Ibu lagi. Kira-kira dong Pak!! Pakai perasaan.” Itulah fikiran yang
diliputi hawa nafsu. Tapi tidak begitu menurut kebenaran. Yang benar
adalah para orang tua ini memang harus hadir mengetahuinya karena ini
pernikahan poligami, yaitu suami beristri menikah lagi dan diizinkan
oleh istrinya. Suasana saat itu sudah tenggelam dalam ketaatan pada
Ustadz yang mengatasi masalah pelik ini. Langkahnya dari awal sudah
meyakinkan. Permintaah Ustadz Ahmad tidak mungkin dibantah dan proses
kemuliaan sedang berjalan, tidak mungkin dimentahkan. Tidak mungkin ada
penolakan. Kesediaan mereka berdua menerima istri muda harus
dituntaskan. Suami istri itu pun berjalan lagi keluar rumah menuruti
instruksi Ustadz Ahmad.
Untung rumahnya tidak jauh. Pak Hasan mungkin agak gembira dalam
hatinya. Tapi istrinya? Anda bisa membayangkannya sendiri. Ia harus
dengan rela menjemput orang tua “pesaingnya,” seorang perempuan muda
yang akan mengambil sebagian hati dan cinta suaminya. Tapi, lagi-lagi,
perasaan itu tidak muncul, terhapus oleh kaharuan suasana dramatis sejak
tadi siang. Malah, saat mulai melangkah, ada sebuah kesadaran halus
hinggap ke kedalaman sanubari Bu Hasan: “Kalau saya sudah rela, kenapa
harus merasa berat?” Ia pun terus melangkah. Betapa mulianya perempuan
itu. Hari itu, kemuliaan dan ridha Allah sepenuhnya milik istrinya.
Sepenuhnya berhak disandangkan pada istrinya sebagai pakaian
kebesarannya, Bu Hasan yang berhati mulia.
* * *
Sekitar 20 menit, mereka datang berempat. Orang tuanya Aisyah tampak
bingung dan tidak mengerti. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Mereka memenuhi saja undangan Pak Hasan dan istrinya yang disebutkannya
permintaan Ustadz Ahmad. Kedua orang tua Aisyah mengetahui Ustadz itu
sering memberikan ceramah dan menjadi panutan di daerah itu. Ustadz itu
misterius karena tak seorang pun dari ribuan jama’ahnya, termasuk di
daerah itu, tak mengetahui jelas identitasnya, alamatnya, rumahnya dst.
Yang mereka tahu, Ustadz itu datang jauh dari Bandung, masih muda,
banyak keanehan, selalu datang sendirian dan tak membawa apa-apa, tidak
pernah membawa kendaraan, sering berkunjung ke daerah itu dan memberikan
pengajian yang berpengaruh pada jama’ahnya. Setelah itu menghilang.
Sering datang lagi dalam waktu yang tidak terduga. Ustadz itu hanya
pernah menceritakan bahwa statusnya sebagai pengajar di pergururan
tinggi Islam di Bandung, tapi mengaku sebagai orang biasa-biasa saja.
Begitulah ia dikenal jama’ahnya di pelosok-pelosok Banjar, Ciamis,
Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Purwakarta, Cicalengka,
Banjaran, Bandung dst, bahkan juga di daerah Jawa Tengah.
Ia berkeliling ke daerah-daerah itu membina jama’ahnya yang sudah ia
bangun hingga masyarakat yang lokasinya sulit dijangkau kendaraan dan
daerah pegunungan. Masyarakat yang ia bina sudah terikat dan
mencintainya karena ketulusannya, kelebihannya dan keanehannya
sekaligus. Mereka yakin, ustadz ini bukan orang biasa. Ketika ia tidak
ada, mereka merindukannya. Dan ketika Ustadz itu datang, masyarakat
saling memberitahu secara otomatis dan tak lama kemudian berkumpul.
Saat-saat tertentu, jama’ah yang berkumpul bisa mencapai ratusan yang
datang dari berbagai desa. Ustadz itu bila perlu berhari-hari ada di
sebuah daerah. Yang jama’ahnya ketahui dari Ustadz Ahmad adalah keanehan
tidak pernah mau menerima honor ceramah, kalaupun menerima ia minta
langsung dibagikan ke fakir miskin yang ada disitu, jarang makan
berhari-hari dan jarang kelihatan tidur. Bila berkumpul dua tiga hari,
orang bisa membuktikannya ia tidak tidur selama itu. Yang keluar dari
mulutnya selalu nasehat, kalimat-kalimat penyadaran dan ajakan pada
kebaikan.
Sambil masuk ke rumah Pak Hasan, mereka berempat mengucapkan salam.
Orang tua Asiyah itu semakin bingung melihat anak perempuannya ada
disitu. Ada apa gerangan? Jangan-jangan niat Pak Hasan untuk menikahi
anaknya terbongkar oleh keluarganya dan jadi masalah. Tempat duduk sudah
diatur agar semuanya mendapat kursi. Mereka melingkar di ruang tamu
yang saat itu menjadi sempit karena sekitar 15 orang berkumpul. Ada
beberapa anggota keluarga Pak Hasan yang turut menyaksikan drama itu
sejak awal. Anaknya Pak Hasan pun dihadirkan. Yang satu laki-laki masih
usia SD, satu lagi perempuan usia SMA. Hari itu benar-benar hari yang
istimewa. Sebuah peristiwa luar biasa dan amat langka sedang terjadi di
rumah itu. Saat itu pukul 20.00 lebih 15 menit.
“Nah, alhamdulillah sekarang sudah kumpul semuanya. Kita mulai lagi.”
Ustadz Ahmad membuka agenda selanjutnya. Kepada para pasangan mertua,
Ustadz Ahmadi memfokuskan pembicarannya.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat. Maaf sebelumnya saya telah
mengganggu Bapak dan Ibu semua. Pasti bertanya-tanya, ada apa ini, kan??
Tidak perlu kaget, bapak-bapak dan ibu-ibu semua dikumpulkan disini
adalah untuk satu urusan penting. Bapak-bapak dan ibu-ibu adalah satu
keluarga besar. Saya meminta waktunya. Ini untuk kebaikan bersama,
kebaikan kita semua, terutama keluarga besar Bapak dan Ibu Hasan
disini.”
“Begini… Pak yaa…. buu…” Ustadz Ahmad agak tersenyum sambil
membetulkan posisi duduknya, ia senang telah berhasil mengumpulkan para
orang tua ini. Ia kemudian menceritakan yang sudah terjadi dari A
sampai Z. “Sekarang, alhamdulillaah…. Pak Hasan sudah siap, Bu Hasan
pun sudah tahu dan ridha walaupun masih terasa berat ya Bu…?? Hehehe….”
ujar Ustadz melirik ke Bu Hasan. Bu Hasan hanya tersenyum lirih.
“Aisyah pun sudah menerima kesepakatan Pak Hasan dan Ibu. Tadi mereka
semua sudah berbicara langsung dan terbuka. Insya Allah ini akan menjadi
barokah buat kita semua. Pernikahan ini Insya Allah akan menjadi
pernikahan yang penuh barokah. Naah… Tapi bagi saya, pembicaraan dan
keterbukaan antara mereka bertiga belum cukup. Untuk itulah saya
mengumpulkan Bapak-bapak dan Ibu-ibu semuanya sekarang disini. Begitulah
Paak, Buu, ceritanya …”
Para orang tua itu pada kaget. Reaksi para mertua ini berbeda-beda.
Ada yang khawatir, ada yang tersenyum, ada yang kesal, ada yang merasa
aneh dan sebagainya. Yang jelas semuanya kaget dan merasa aneh dengan
peristiwa ini.
“Naah… sekarang Bapak harus meminta ridha para orang tua ini,” kata
Ustadz kepada Pak Hasan, “ibu-ibu dan bapak-bapak ini semua adalah orang
tua Pak Hasan dan Bu Hasan sendiri. Mertua itu hanya status sosial dan
ikatan hukum, hakekatnya adalah orang tua kita sendiri. Kita harus
menghormati dan memperlakukam mereka ini sebagai orang tua sendiri.
Bapak harus menghormati mereka dengan meminta keridhaan dan memohon
do’anya. Do’a orang tua pada anaknya Insya Allah makbul.”
Pak Hasan dan istrinya menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Ustadz.
“Pertama, saya minta silahkan kedua orang tua Bu Hasan atau mertua Pak
Ahmad yang menyampaikan perasaan dan pesannya kepada Pak Ahmad.
Silahkan.”
Kedua orang tua ini bingung. Harus bilang apa? Belum habis kekagetan
mereka. Tapi mereka tampak berusaha menenangkan diri. “Terima kasih Pak
Ustadz. Saya sungguh tidak menyangka dan tentu saja kaget sebagai orang
tua. Hasan mau menduakan Titi, anak saya. Benar Ustadz, kami sangat
kaget. Tapi, yaa… gimana lagi, terserah saja. Titi dan Hasan bukan anak
kecil lagi. Mereka sudah pada dewasa. Kami sebagai orang tua merasa
tidak berhak ikut campur pada keluarga anak saya. Yang penting, kamu Ti
benar-benar siap dan sudah difikirkan matang-matang. Nak Hasan juga
harus mikir masak-masak, apa benar-benar sudah siap dan sanggup adil
dengan dua istri. Ingat, jangan sampai menelantarkan istri dan anak-anak
gara-gara ada istri muda. Ibu dan bapakmu sih begitu saja. Ya bu ya?”
kata mertuanya pak Hasan. Istrinya, hanya sedikit bicara dalam bahasa
Sunda yang sederhana, datar dan cuek. “Ah, da kamu teh sudah pada tua.
Ibu mah terserah saja. Asal jangan ditinggalkan saja sama suamimu.
Makanya siap juga, kamu teh mungkin sudah memikirkannya.”
Setelah selesai, kemudian Ustadz Ahmad mempersilahkan mertua Bu
Hasan, alias bapaknya Pak Hasan untuk berbicara. Orang tua ini agak
lucu.
“Lain, maneh teh bener rek kawin deui? Pan geus kolot. Neangan naon deui
atuh?” (Kamu bener mau kawin lagi? Kan kamu sudah tua? Mencari apa
lagi?). Mendengar itu, ustadz hanya tersenyum.
“Iya Pak ya, padahal buat saya saja.” Kata Ustadz bercanda.
“Heueuh… pantes keneh keur si Jang Ustad!” (Iya lebih pantas sama nak ustadz).
Dalam suasana haru sejak siang tadi, rupanya hanya itu hiburan yang
terdengar. Tapi, suasana haru tidak berubah. Ustadz Ahmad berusaha
mempertahankannya.
Setelah itu, dipersilahkan pasangan orang tua Aisyah. Mereka agak
kebingungan. Sama dengan perasaan Aisyah, mereka merasa pada posisi yang
menganggu keluarga orang lain.
“Kalau Bapak dan istri, benar-benar minta maaf, anak saya telah
mengganggu keluarga Pak Hasan dan Ibu. Saya tadi kaget disuruh datang
kesini. Saya kira, saya dan anak saya mau disidang. Yaah… saya juga
tidak mengerti. Anak saya belum ada jodohnya saja. Takdir Allah mah
tidak disangka-sangka. Kalau mau dan sudah bulat siap dinikahi Pak Hasan
terserah saja. Saya serahkan keputusannya pada anak saya saja. Kami
sebagai orang tua hanya bisa mendo’akan saja. Sekali mohon maaf pada
semuanya, terutama pada Bu Hasan dan keluarganya.”
Terakhir, Ustadz memanggil anak perempuannya Pak Hasan yang masih SMA
untuk mendekat. Sebut saja Salma. Anak ini, tahu Bapaknya akan menikah
lagi, ketika diberi kesempatan mengungkapkan perasaannya malah menangis.
Rupanya, sejak tadi ia menahan perasaannya.
“Khuu… hu….hu…. hiks…hiks….hiks…. Salma mah terserah Mamah sama Bapak
aja. Tapi Salma takut Ibu ini galak. Jangan galak aja sama Salma dan
adik.”
Ustadz segera menenangkannya. Sambil mengusap-ngusap kepalanya, ia menjelaskan:
“Salma sayang,” ujar Ustadz, “Salma sudah besar. Salma juga harus tahu
ya, biar Salma cepat dewasa mengetahui persoalan orang tua. Salma harus
menerima kenyataan ini. Do’akan agar Mamah dan Bapak selalu dilindungi
Allah yaa…. Agar semua keluarga ini berada dalam kebaikan. Nah, ini
harus jadi contoh, bila suatu saat Salma mengalami hal seperti ini,
caranya harus seperti ini. Ini yang benar menurut agama.”
“Iya, Pak Ustadz,” jawab anak itu.
“Alhamdulillah… semuanya pihak di keluarga ini, tidak ada yang
terlewat, sudah mengetahui dan memberikan pandangan dan persetujuannya.
Bapak-bapak dan ibu-ibu keluarga besarm Pak Hasan yang saya hormati,
beginilah seharusnya pernikahan poligami dijalankan. Kalau begini
prosesnya kan enak ya ngga? Pak Hasan mengutarakan niat baiknya secara
terbuka dan baik-baik pada istrinya. Istrinya tahu, menerima dan
mengizinkan. Calon istri mudanya bertemu dengan istri pertama, saling
merelakan, saling mengerti dan saling mendo’akan. Insya Allah menjadi
barokah buat semuanya. Orang tua dari ketiga orang ini pun semuanya
mengetahui, diminta do’a restunya, anak pun diajak bicara dan diminta
pendapatnya. Tidak barokah bagaimana pernikahan kalau dijalankan seperti
ini? Betul tidak Pak? Bu? Kalau orang menjalaninya seperti ini, Insya
Allah, poligami tidak akan menjadi masalah, tidak akan buruk dalam
pandangan orang dan keluarga bahkan akann mendatang rahmat dan kasih
sayang Allah.”
“Banyak orang melakukan poligami dasarnya nafsu, caranya tidak benar
dengan sembunyi-sembunyi, membohongi istrinya, berdusta pada
keluarganya, perhatian, pemberian dan kasih sayangnya tidak seimbang.
Atau, suaminya jujur dan terus terang, istrinya menolak mentah-mentah,
pokoknya tidak mau. Akhirnya suaminya menjalaninya dengan
sembunyi-sembunyi. Begitu ketahuan, ribut, sakit hati dan cerai.
Kacaulah rumah tangga karena jauh dari tuntunan agama. Atau, istrinya
menolak dan minta cerai karena suaminya belum benar sebagai kepala
keluarga, tidak memberikan pendidikan agama. Membimbing keluarga dan
membahagiakan istrinya saja tidak, sudah ingin kawin lagi. Belum caranya
pun salah, tujuannya hanya mengumbar nafsu, tidak terus terang, caranya
menyakitkan istri dan seterusnya. Ya wajar istrinya marah, menolak dan
minta cerai.”
Panjang lebar Ustadz Ahmad memberikan nasehatnya pada keluarga itu,
sekitar satu jam. Soal keluarga, soal amanat, soal keadilan, soal
tanggung jawab di akhirat, soal kepasrahan dan keikhlasan, pendidikan
anak, rizki dll. Semuanya khidmat mendengarkan. Begitulah ia. Kalau
sudah memberikan nasehat sulit berhenti. Kata-katanya terus mengalir.
Nasihat-nasihatnya membuat kesadaran agama semakin mendalam, semakin
terasa.
“Nah sekarang, tolong berdiri semuanya, berdiri melingkar,” pinta Ustadz
Hasan lagi. Para orang tua itu kemudian berdiri berpasangan membentuk
lingkaran.
“Pak Hasan, ibu dan Aisyah silahkan salaman berkeliling memohon do’a
pada orang tua kita ini satu-satu, sungkem. Mintalah maaf atas
kesalahan-kesalahan selama ini sebagai anak, mohonkanlah ampunan dan
ridhanya. Mintalah restu akan menjalani rumah tangga baru dengan dua
istri. Ayo Pak, Bu… dimulai oleh Pak Hasan.”
Pak Hasan diikuti istrinya dan calon istri keduanya menyalami mereka
satu persatu. Dimulai kepada Utsadz Ahmad. Antara orang tua dan anak ini
saling berangkulan dan berpelukan. Inilah puncak suasana yang paling
mengharukan. Salaman dan pelukan mereka diiringi suara isak tangis. Saat
bersalaman dan berangkulan satu persatu mereka semua tidak dapat
menahan perasaannya. Akhirnya, semua yang hadir disitu tidak ada yang
tidak menangis, semuanya menangis terharu. Ustadz Ahmad pun terisak
menangis tak kuat dengan drama itu. Lingkaran itu adalah lingkaran
tangisan dan banjir air mata. Semuanya tidak tahan mengekspresikan rasa
harunya yang mendalam. Kedua anak Pak Ahmad pun sama. Bukan hanya suara
isak tangis dan air mata, tapi kalimat-kalimat do’a dari para orang tua
ini keluar dari mulutnya saat mereka merangkul anak-anaknya. Rangkulan
dan tangis itu bukan hanya kepada Pak Hasan, bu Hasan dan Aisyah yang
akan menjadi istri barunya, tapi juga antara para orang tua sendiri.
Mereka saling merestui dan mendo’akan. Kalimat-kalimat do’a bergemuruh
di ruangan itu, beterbangan naik ke angkasa, merobek langit dan
membocorkan hujan rahmat dan ridha Allah ke rumah itu. Saat tangisan dan
do’a para orang tua itu terungkap meridhai anak-anaknya, para malaikat
penjaga ‘Arsy seolah pada berebut turun berhamburan menaburkan
rahmat-Nya ke rumah itu.
Para orang tua itu sangat merasakan bahwa mereka adalah satu
keluarga. Suasana sangat terasa penuh rahmat dan barokah. Yang paling
tidak tahan rupanya Asiyah. Baru salaman ketiga, ia mulai lemas,
keseimbangannya hilang dan tiba-tiba, “Gedebuk…. gupraak…!” ia jatuh
pingsan. Orang-orang kaget. Ada suara tangisan yang mengeras, rupanya
dari Ibu kandungnya sendiri. Ia segera memburu dan memeluknya, takut
terjadi apa-apa pada anaknya. Tapi Ustadz Ahmad segera menenangkan.
“Biarkan…. Biar….. biarkan Bu!! Tenang saja. Tenang. Tidak apa-apa!! Ia
hanya tidak tahan dengan suasana haru ini. Ibu tenang saja, tidak usah
khawatir.”
Setelah beberapa menit dipangkuan ibunya, Ustadz melintaskan telapak
tangannya di atas muka Aisyah, mengalirkan energi. Perempuan kemudian
sadar kembali. Ustadz meminta memberinya minum. Ia dipapah dan
didudukkan di kursi. Semuanya kemudian duduk kembali dengan mata yang
pada memerah oleh air mata. Ustadz menenangkan mereka semua dan mengajak
mereka bersyukur atas peristiwa yang penuh rahmat dan barokah Allah
itu.
Setelah semuanya tenang dan meraih minumannya masing-masing, Ustadz berkata pada Pak Hasan:
“Naah… sekarang kembali ke Bapak nih. Bagaimana rencana bapak
selanjutnya? Jangan dilama-lamakan mumpung suasananya masih hangat.”
Pak Hasan berfikir sejenak kemudian berkata:
“Ustadz, saya mungkin tidak bisa menyelenggarakannya buru-buru. Harus ada persiapan dulu.”
“Oh iyaa.. jelas.” Jawab Ustadz. “Begini saja, akadnya harus secepatnya.
Kalau bisa besok. Toh yang diundang hanya keluarga saja dan tetangga
dekat. Walimahnya boleh nanti lagi, minggu depanlah.”
“Kalau begitu bisa Ustadz. Insya Allah. Gimana Mah setuju? Neng?” Kata Pak Hasan melirik istrinya dan kepada Aisyah.
Kedua perempuan ini menganggukkan kepalanya. “Iya… terserah Bapak aja.
Lagian mumpung ada Pak Ustadz disini, terserah Pak Ustadz saja.” Kata Bu
Hasan.
“Terus kami ada permintaan nih. Tolooong…. Pak Ustadz tidak keberatan.
Kami mohon Pak Ustadz menghadiri.” Pinta Pak Hasan. “Soalnya, Pak Ustadz
ini, biasa.., begitu beres pengajian, tiba-tiba menghilang saja. Susah
dicarinya.”
“Insya Allah… Saya akan hadir.”
Akhirnya disepakati, akad nikah diselenggarakan esok harinya. Pak
Hasan diminta mengundang semua keluarga, tatangga-tetangga dekat, juga
segera mengontak na’ib alias yang akan menikahkannya. Tempatnya di rumah
itu juga. Ustadz malam itu tidak pulang, ia ditahan oleh Pak Hasan
untuk menginap disitu. Biasanya, ia menolak dan mencari tajug atau
langgar bilik yang sepi dan menghabiskan malamnya disitu dengan tidak
tidur sampai pagi. Atau, biasanya ia mencari rumah gubuk fakir miskin
yang dihuni sepasang kakek dan nenek. Ia bertamu dan menghibur mereka
dengan obrolan agama dan nasehat. Ia memberikan uang yang ada disakunya
untuk sekadar membeli beras dan ikan asin lalu menyantap bersama fakir
miskin itu sambil akrab bercengkrama. Ia ikut mencuci piring, menyapu
atau membantu mereka seadanya. Banyak pasangan kakek nenek menganggap
tamunya ini orang aneh. Dandanannya orang kota tapi bertamu ke gubuk di
kampung yang dihuni orang tua seperti mereka, mau ngobrol semalaman,
memberikan nasehat dan mau tidur beralas tikar. Ada sepasang kakek nenek
daerah Bandung selatan yang menyebutnya ‘malaikat’ karena keanehannya
itu. Ia sangat merindukan orang aneh ini. Begitu datang lagi, kakek
nenek itu memeluknya, menangis, karena merasa seperti kepada anaknya
sendiri. Anaknya sendiri malah pada sibuk dikota jarang menemuinya.
Begitulah, Ustadz itu lebih merasakan kenikmatan di tempat seperti itu
daripada di rumah mewah tapi hawanya ia rasakan panas karena banyak dari
uang dan harta mereka didapatkan dengan cara yang kotor dan tidak
halal.
Esoknya, jam sembilan pagi, keluarga Pak Hasan dan para tetangga
dekat sudah hadir. Setelah segalanya siap, acara akad pun dilangsungkan.
Ustadz Ahmad sendiri yang diminta memberikan khutbah nikahnya.
Pernikahannya sungguh mengharukan dan yang hadir pada berdecak kagum.
Mereka tak habis pikir, bagaimana Pak Hasan menikah lagi dengan istri
muda, bukan hanya direstui istrinya bahkan hadir dan mendampingi
suaminya. Mereka tak habis pikir bagaimana pernikahan poligami bisa
seperti itu. Mereka kagum kepada Bu Hasan bisa semulia itu sebagai
istri. Tentu saja itu sebuah pemandangan luar biasa. Akhirnya, semuanya
memuji Bu Hasan. Rasa kagum dan salut semuanya mengarah kepada Ibu itu.
Ustadz pun mendengarkan semua keluarga dan tetangga memuji kesabaran dan
ketabahannya sebagai istri. Ialah yang menjadi ratu dan primadona dalam
acara itu. Selesai akad, semua orang menyalami mengucapkan selamat.
Kekaguman mengalir kepada Bu Hasan atas kebesaran jiwanya. Ketika yang
hadir bersalaman satu persatu, kembali isak tangis terdengar lagi.
Sebuah pernikahan yang sangat mengharukan karena tampak tak seorang pun
yang hadir tidak meneteskan air matanya.
“Buu… Ibu sungguh luar biasa. Sabar ya buu…. Ibu yang tabah ya Bu ….”
Yang lain terdengar mendo’akan, “semoga Bu Hasan diberi kemuliaan di
sisi Allah. Ibu…. Saya salut sama Ibu…” “Buu… Ibu sungguh luar biasa…
jarang perempuan seperti ibu. Saya do’akan ibu kuat, sabar dan bahagia.”
Mereka juga memuji Ustadz Ahmad. Mereka angkat topi pada ustadz muda
itu bisa menghatur pernikahan poligami dengan proses sesempurna seperti
itu. Seperti tadi malam, pernikahan itu dibanjiri do’a dan air mata oleh
semua tamu undangan yang hadir.
* * *
Selesai acara, Ustadz dan keluarga baru itu berkumpul, ngobrol dan
makan siang. Sebagian keluarga dan tetangga ada yang ikut ngobrol dan
bertanya tentang riwayat pernikahan itu. Mereka penasaran dan tertarik
ingin tahu. Sekitar dua jam kemudian, rumah itu sepi kembali. Maklum,
yang hadir hanya keluarga dan tetangga dekat saja, jadi tamu tidak
banyak. Ustadz Ahmad merasa tugasnya sudah selesai. Ia berpamitan akan
pulang. Pak Hasan dan dua istrinya, orang tuanya, keluarganya dan semua
orang yang masih ada, otomoatis berdiri semuanya dan mendekati Ustadz
Ahmad. Wajah Pak Hasan tampak sumringah. Ia senang sekali. Bu Hasan
sudah berkurang bebannya dan ia semakin bisa menerima. Dan Aisyah,
sedang sibuk bekerja beres-beres membantu Bu Hasan. Ia masih tampak kaku
di rumah itu. Ia masih sedang menyesuaikan diri dan mengatur
perasaannya. Maklum, itu di rumah istri tuanya. Tapi, wajahnya tidak
bisa menyembunyikan kesenangannya. Ia tidak menyangka bayangan
pernikahannya dengan Pak Hasan terwujud dengan cara penuh maslahat
seperti itu. Ini semua tidak terbayang sebelumnya.
Semua keluarga itu tidak ada yang ketinggalan satu persatu
mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga pada Ustadz Ahmad. Saat
Ustadz tampak sedang berdiri siap-siap, Pak Hasan dan istrinya
menghampirinya, mengucapkan kata terima kasih yang terakhir dan
menyampaikan sesuatu: “Ustadz, mohon maaf saya tidak bisa memberikan
apa-apa. Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya hanya bisa memberikan
ini. Tidak besar sekadar untuk ongkos pulang. Mohon Ustadz menerimanya
sebagai tanda terima kasih kami.” Sebuah amplop berisi uang Rp. 5 juta
telah disiapkan Pak Hasan dan istrinya. Ustadz itu kaget. Mengetahui
begitu, ia duduk lagi dan berkata:
“Pak, Bu, bukan untuk ini saya datang kesini dan membantu bapak dan ibu. Saya sama sekali tidak mengharapkan ini.”
“Tapi, Pak Ustadz …. Ini sekadar ongkos saja. Bukan hadiah atau apa, karena kami tahu, ustadz selalu menolaknya.”
“Sudahlah Pak.” Ustadz segera memotongnya, ia tahu Pak Hasan akan memaksanya agar ia menerimanya.
“Pak, ada orang-orang yang lebih berhak atas uang ini daripada saya.
Siapa? Tuuh… orang-orang yang tidak mampu di sekeliling Bapak. Mereka
tinggal dekat dan bertetangga dengan bapak. Maaf Pak saya tidak bisa
menerimanya.”
“Sudah … begini saja,” Ustad itu menyambungnya, “agar pernikahan ini
lebih barokah lagi, agar masyarakat disini mendo’akan keluarga bapak,
agar keluarga bapak selamat dan bahagia, begini. Uang ini saya terima,
tapi saya mohon bantuan Bapak, Ibu dan Aisyah ya? Tolong Bapak, Ibu dan
Aisyah berkeliling ke tetangga-tetangga dan bagikan ini kepada mereka.
Yang dekat jangan ada yang terlewat, tapi utamakan keluarga yang tidak
mampu dulu. Besar kecilnya terserah silahkan diatur. Mau kan Pak? Bu?”
pinta Ustadz, “Ini permintaan saya demi kebaikan bapak ibu semua.”
“Tidak …. Tidak… Pak Ustadz,” Pak Hasan keberatan. “Begini. Mereka itu
sudah, sudah ada bagiannya. Tenang Ustadz… Ustadz tidak usah memikirkan
itu, saya tahu. Nanti mereka ada bagiannya. Ini benar-benar untuk
Ustadz, tolong diterima sebagai ucapan terima kasih kami.”
“Paak….. “ seru Ustadz Ahmad lagi, “Iyaa…. saya menerimanya dan saya
mengucapkan terima kasih atas kebaikan Bapak dan Ibu. Saya tidak
menolaknya. Saya menerimanya nih. Tapi, saya ada permintaan pada Bapak
dan Ibu. Tolong Bapak dan ibu bagikan uang ini kepada orang-orang miskin
dan tetangga yang ada disini. Bapak dan Ibu mau tidak membantu saya?”
Dijelaskan begitu, pengantin baru tidak berdaya. Tidak ada pilihan lain kecuali menuruti permintaannya.
“Yaa… baiklah kalau begitu Ustadz, kami akan melakukannya.” Kedua
istrinya pun, menyadari itu sebuah kebaikan, sama-sama bersedia.
“Pak tolong sekarang juga!”
“Sekarang Ustadz?”
“Ya. Mumpung pernikahan bapak masih hangat, tetangga itu semua akan
senang dan mendo’akan bapak dan ibu dengan shadaqah ini. Insya Allah,
ini akan menjadi barokah buat pernikahan bapak ini. Saya akan menunggu
disini, tidak akan pulang sebelum Bapak dan Ibu selesai membagikannya.”
Tak berfikir lagi, mereka setuju. Mereka siap melakukannya. Ketiganya
segera keluar rumah berjalan kaki beriringan. Sebuah pamandangan yang
sangat indah sedang berlangsung. Pihak keluarga semua dan beberapa
tetangga menyaksikannya. Sebuah pengantin baru poligami, berjalan
bertiga beriringan. Suami diiringi kedua istrinya yang tua dan yang
muda, berbusana muslimah, berjalan kaki membagikan shadaqah berkeliling
ke tetangga-tetangganya. Ustadz Ahmad tersenyum puas menyaksikan
shooting itu. Keluarga yang dirumah pun sama, senang dan gembira dengan
pemandangan itu. Mereka semua menyaksikan dengan tersenyum pengantin
hangat itu berjalan mesra sedang beramal atas dorongan Ustadz Ahmad.
Semua berfikir, pastilah pengantin itu pengantin yang bahagia dan akan
terus bahagia.
Setelah selesai semuanya, barulah Ustadz pamitan pulang. Pemandangan
haru tak disangka terjadi lagi. Tak tahan “malaikat” itu akan pergi
meninggalkan mereka, ketiga pengantin itu tanpa pikir-pikir memeluk
Ustadz muda yang duda itu satu persatu sambil menangis. Mereka sangat
sedih dengan kepulangannya. Pelukan itu kemudian diikuti oleh seluruh
anggota keluarga yang lain, satu persatu. Tetangga-tetangga yang melihat
adegan itu di halaman rumah Pak Hasan, kemudian pada datang dan memburu
Ustadz muda itu. Mereka juga tidak ketinggalan, semuanya memeluk,
sedih, mendo’akan, memuji dan ada juga yang meneteskan air mata.
Ustadz Ahmad segera menenangkan agar tidak sedih berlebihan. Ia
menegaskan ia bukan siapa-siapa. Ia hanyalah orang biasa, kenapa harus
sedih. Dan, ia pun toh hanya pulang ke sementara, nanti akan datang
lagi. Yang datang, sedih, mengucapkan terima kasih dan menangisinya
ternyata banyak sekali. Tetangga itu terus berdatangan satu persatu.
Apalagi, jama’ah pengajiannya. Begitu mengetahui Ustadznya akan pulang
mereka serentak saling memberi tahu, berkumpul dan menemuinya. Ustadz
itu serasa menjadi selebriti. Ia merasakan haru dan sedih juga tapi
harus pergi.
Ustadz itu mulai berjalan dan terus berjalan diiringi lambaian tangan
masyarakat dan jama’ahnya. Ketika ia membalikkan badannya pada jarak
sekitar 15 meter untuk melambaikan tangan terakhir sebelum ia belok,
ustadz itu kaget juga, yang hadir dan melepas kepergiannya diperkirakan
lebih dari seratus orang. “Masya Allah, banyak juga,” pikirnya. Ia terus
berjalan.
Sambil berjalan, ia merenung, sungguh tak menyangka akan melewati
peristiwa drama mengharukan itu. Semuanya terjadi mengalir begitu saja,
diawali ketika Pak Hasan mulai curhat kepadanya. Seperti dalam
pengajian-pengajian rutinnya, jawaban-jawaban pemecahan masalah itu
datang otomatis begitu saja ke dalam hatinya saat Pak Hasan mulai
bertanya mengadukan masalahnya. Sambil terus berjalan,“aaaakhh….”
pikirannya menerawang, wajahnya menatap langit, kedua tangannya ia
angkat ke atas, menarik nafas panjang, “Yaa Allah, terima kasih.
Semuanya Engkau yang mengatur.”[]
Bandung, 8 Januri 2009 Dari obrolan seru Ustadz Ahmad dengan penulis
sambil bercengkrama dan minum kopi panas.
assalamualikum…subhanallah..posisi aisyah seprti aku….kami perlu
mencontoh sikap di atas…smuanyadpertmukan…..alhmdulilah…ada kisah yang
ku ambil maknanya….wasalam
sebarkan lah cerita ini kepada kaum perempuan jaman sekarang…. mudah2 an menjadi berkah buat anda.
karena kebanyakan wanitan jaman sekarang sudah kurang reda nya.
semoga yg membaca artikel ini dapat mengambil hikmah dari segala isi cerita ini. amin ya ALLAH
btw adakah nomer HP ustadz tersebut?
kalo ada tolong kasih ya saudara ku.
081273412410 (tolong sms kan saja ke sini)
Bismillah. Banyak orang yang mengatasnamakan “SUNNAH” dalam
berpoligami. Tapi untuk menuju yang “SUNNAH”, mereka mengabaikan yang ”
WAJIB” untuk dihindari sebagai non mahrom (Berkhalwat, berpandang
pandangan, bersentuhan). Pilihan adalah konsekwensi. Kalau kita sudah
menjatuhkan pilihan untuk menjalankan sunnah, konsekwensinya….kita harus
terus istiqomah dan terus berada dalam bingkai sunnah. “DALIH” akan
melahirkan “PEMBENARAN”. Tapi “DALIL” akan melahirkan “Kebenaran”.
Barakallahu fiikum
Saya rasa kisah ini tidak layak untuk ditiru. Meski kelihatannya
ridho, sang istri sebenarnya terpaksa menerima suaminya kawin lagi.
Kecuali sang istri mandul. Istri menerima karena di bawah bujukan
ustadz. Yang perlu diperimbangkan matang-2 adalah kehidupan setelah
berpoligami. Sangat tidak mudah suami bertindak adil dalam membangun
rumah tangga dgn dua istri. Jadi, kesimpulannya, tolong jangan digunakan
alasan agama atau sunnah Nabi untuk berpoligami. Saya kira berpoligami
merupakan sunnah Rasul yang tidak mudah dilaksanakan oleh seorang muslim
pada zaman modern sekarang dan di masa depan. Hanya orang pilihan Tuhan
yang dapat berpoligami dengan benar dan adil. Ingat itu … wahay lelaki!
Saya tidak setuju poligami dengan alasan apapun! apakah kaum lelaki tidak memikirkan perasaan istrinya?!
Nabi saja menikah lagi ketika Khadijah meninggal…
assalamualaikum wr. wb.
Boleh saya minta bantuannya teman-teman forum semua?
Langsung aja ke maksud saya, Dalam rangka penelitian tentang poligami
yang akan dilakukan oleh teman saya yang berasal dari Jerman, kami
membutuhkan beberapa nara sumber yang bersedia untuk diwawancarai, yaitu
wanita-wanita yang menjadi istri dari suami yang berpoligami.
Sedianya wawancara tersebut akan dilakukan medio oktober tahun ini.
Atas bantuan teman-teman semua, sebelumnya saya ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Jika teman-teman berkenan membantu boleh menghubungi e mail saya: aridwiky@yahoo.com
Sengaja email tersebut saya publish agar banyak temen-temen forum yang mungkin ikut membaca.
wassalamualaikum wr. wb.
salam kenal
Ari
Heum lagi2 masalah laki2 beristri lebih dari (1) satu, tapi menarik juga jalan ceritanya..mudah2an kisah nyata ya…
Bagi laki2 yang mampu, saya sarankan memang harus punya cobaan lebih
dari satu (istri)…tujuannya jelas untuk menambah besar keimanan(tidak
takut menegakan apa yang diperbolehkan oleh islam/karena kafir
melarangnya)…dan menguji seberapa besar ke ihlasan seorang istri atas
suaminya (laki2 punya kewajiban yg lain didunia ini selain mengurusi
keluarganya/dawah dll)..
saya kira (maaf), kalau ke imanan seorang istri sudah kuat..suami
beristri lebih dari 1, malah membuat keuntungan bagi istrinya yang
pertama atau yang kesekian karena akan lebih ringan membantu
suaminya…maaf
alasan yg trlalu mengada2, bntu sesama muslim lainnya kn ga harus
dgn kawin lagi?..sebagaian besar cowo kawin lagi pst hanya karena
dorongan nafsu, soalnya rata2 istri keduanya lebih cantik dan lebih
muda, bener ga??..
Insya Allah kemuliaan yg sama besar spt yg dberikan Allah SWT kpd
Bu Hasan jg disandang oleh mamaku tercinta. Mamaku jg perempuan yg
paling tangguh, beliau jg sangat ikhlas menjalani poligami sktr krg lbh 4
thn sbelum bapakku meninggal. Walaupun aq tau betul hatinya tersayat
menangis…
Semoga Allah meninggikan derajat mamaku, semoga aq msh sempat membahagiakannya.
Aku hanya bisa berdoa “Ya Allah jadikan jugalah hamba prn seperti
ibu Titi yang punya kebesaran hati demi mendapat rahmat Mu ya Allah”.
Bagi kaum prn didunia klu boleh berpesan hanya doa dan pengharapanlah yg
bisa kita lakukan untuk menghadapi prilaku lk2, seperti kita tahu
sebaik apapun niat lk2 untuk berpoligami itu tetaplah menyakitkan kt pr
krn didlmnya pasti ada hawa nafsu seprti cerita diatas bagaimana seorang
pak Hasan berusaha menutupi kebahagiaannya karena ‘kemenangan’ mendapat
restu Ibu Titi untuk berpoligami,namun apalah daya seorang prn melawan
hasrat poligami lk2 apalg dizaman seperti ini bg lk2 mau ridho atau tdk
istrinya dia tetap pd keinginan “POLIGAMI”atau hanya sekedar “SELINGKUH”
dan bagi prnnya mau sktkah atau sdhkah istri lk2 yg ‘diladeninya’ dia
tetap pd hawa nafsu untuk bersama suami prn ln. Seperti pd certia diatas
meskipun Aisyah turut menangis bersama Ibu Titi tapi dia tetapkan
senang menerima rencana Pak Hasan, Syukur Aisyah masih Gadis,sementara
dizaman skrg ini prn yg jelas2 sudah punya suami & Anak dengan
kecukupan materi dr suaminya masih ada juga yg mau masuk dan mengganggu
rmh tgga Prn lain. Jd itulah kenyataanya zaman sekarang, Akhlak sudah
bergeser ,manusia tidak ada rasa malunya lagi, kita tdk bs mencegahnya
sekali lg hanya bisa berdoa dan berharap kepada ALLAH agar bisa menjadi
perempuan seperti Ibu TITI, agar bisa melawan sakit dan sedih krn
perlakuan lk2.
comment information here to see what else is here . really did it
for me is all the interaction among posters at such good info… had to
say thanks again! :-)
This is the best post on this topic i have ever read. I got the
same sense from my son when we watched “Spider-Man 3” together, and
Peter Parker gets the black suit and becomes the sinister Spider-Man.
Sakit hati wanita yang dipoligami, tak bisa dibungkam ayat Al
Qur’an, wanita terpaksa berkata ikhlas karena takut dosa, meskipun
imbalannya sorga rasa sakit itu tidak akan pernah sirna sepanjang
hayatnya… bohong besar kalo ada wanita dimadu rela dan rido di belakang
mah mewek..
kami kaum wanita bukan hati fatimah yang bisa menerima dengan
keihlasan yang sangat terpuji. nabi mempunyai alasan menikahi kaumnya
termasuk dalam golongan tua coba tuh pa hasan suruh kawin sama nenek2
mau ga ?
50. Hai Nabi, Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-
isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu
miliki yang Termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang
dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari
saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan
bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak
perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu
dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau
mengawininya, sebagai PENGKHUSUSAN BAGIMU, BUKAN UNTUK SEMUA ORANG
MUKMIN. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada
mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki
supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
subhanalloh, bisakah aku menjadi seorang aishah? atau mjd seorang
fatimah yg tak mau dimadu krn calon madunya adlh anak abu jahal. insya
Alloh aku bisa walau sgt sgt berat, asal suamiku nantinya adlh seorang
yg bertakwa dan berkecukupan secara materi. kuatkan hati hamba ya Alloh…
ada nggak diantara ikhwan2 muda di sini yg mau menikahi nenek2
janda tua. insya alloh pahalanya besar banget… bukankah cinta tidak
bersyarat, dia hanya memberi dan memberi. jika anda mengharapkan lebih
(dari poligami) apakah itu sebagian dari nafsu, tidakkah hati kita
tergerak untuk mencintai/menyayangi nenek tua yg ditinggal mati
suaminya, kebutuhan ekonominya belum terpenuhi secara layak. jika anda
mampu.. tolonglah mereka dengan lillaahi ta’ala, tolong nikahi mereka
dgn segenap hati nurani anda. wallohu a’lam
mochamad asom: Setuju banget w.
Klo qt mo cek lagi, pak hasan kan kaya klo mang murni mo bantu bisa
aja kan kasih pekerjaan ato pinjemin modal usaha gtu. Npa musti
poligami?
Pak ustadnya juga tuh, maksa abizzz.
yah….suami tu cuma titipan alloh…qt jg bakalan meninggal…skt istri
liat suami dengan wnt lain…mg aja suami yg poligami benar2 bisa adil
biar di akherat ga pincang sebelah kakinya…
msh bnyak cara lain untuk mengumpulkan pahala…patuh pd suami tdk
brarti hrs patuh dngan cara menganiaya diri/hati krn itu jg berdosa….dgn
mengizinkan suami menikah lg..krn tdk ada wanita yg bnr ikhlas krn kita
cm manusia bkn malaikat….dan warninggg bt wanita2 yg ingin menikah dgn
suami orang…jgn jd kan ibadah untuk merebut suami orang…msh bnyak cara
lain tuk beribadah,poligami di izinkan jika bs bersikap adil…manusia tdk
akan bs adil…krn yg maha adil hanya ALLAH swt…jd jgn salah tafsir dgn
poligami,,,bt ppara lelak,,kl memang mau beribadah contoh rasul…menikah
dgn jandatua yg memang bnr2 membutuhkan ,,,bkn dgn gadis yg lbh muda dr
umur ny,,,jgn jd kan agama sbagai topeng,,,memuaskan hasrat
pribadi,berlindung di balik dalil agama,,
Ha…ha…haa……di dunia ini ndak ada istri yang mau
dimadu….ha..ha..ha..ngawur ni cerita. Subtansi Cerita itu juga patut
dikaji ulang…jangan-jangan nanti digunakan kaum adam untuk
menjustifikasi poligami. Kaum laki-laki itu…doyannya ngejar “fantasi”
makanya akalnya kepada kaum hawa luar biasa. Coba kalau kondisinya yg
dibalik, perumpuan “berpoliandri..!!!”…yakinlah segala…. dalil,
hadist..hadist mulai dari yg jelas sampai yg samar-samar dikeluarkan
buat membatalkan. By The way..kacian deh kamu wahai perempuan….Islam
memuliakan kaum mu, tapi kami kaum laki-laki yang
menistakanmu…nasib…nasib..
maha suci Alloh.sy skrng jg
pd posisi spt ibu titi tapi suami sy msh dlm niatan..moga sy dpt mcnth
keikhlsn ibu titi.memeng sulit n skt tapi sy akn b ush.smg Alloh membantu membimbing klrg kami tetap dlm aturan Alloh.shg qt akn sm2 menikmti surganya Alloh.amien
Penulis tolong sampaikan salam saya buat Pak
Ustadz……..mudah-mudahan suatu saat saya dipertemukan dengan beliau dan
mengisi Pengajian di tempat saya.
Kang Moef:
Boleeh .., kontak saya saja dulu. 08562051200.
Salam.
ass..penulis tolong sampaikan salam saya bt pak ustad ahmad . aku
kagum sm dia. kapan ya akku bisa bertemu dgn dia. sangat sangat sangat
pengen banget silaturami sm pak ustad ahmad.
penulis smpaikan salam ku bt ustad ahmad. aku kagum pada x, kapan
aku bs bertemu dgn beliu, aku sangat sangat sangat pengen silatuhrahmi,
tlong cantum no hp ak ustad di blog ini pleas dech
tak ada se orang wanita yg mau di madu. itu suatu drama yg konyol,
apalagi aku klu dengar suami kawin lagi telingaku langsung panas,
paling aku benci yg nma x kt di madu, smoga sabar bu hasan ya smoga
tetap menjadi istri yg baik slama x
subhanallah…
mengharukan sekali ceritanya. saya sampai meneteskan air mata. subhanallah..maha suci engkau ya Allah.
buat ustadz ahmad, saya ingin menjadi anda. amiin ya Allah..
Yang perlu diketahui lagi adalah kehidupan Pak Hasan – Bu Hasan –
Aisyah selanjutnya sesudah pernikahannya Pak Hasan – Aisyah. Apakah Pak
Hasan benar-benar bersikap adil dan Bu Hasan benar-benar ikhlas. Dan
sebenarnya kalau niat Pak Hasan menolong Aisyah kan tidak perlu
menikahinya…kan ada cara lain. Yang perlu dipikirkan juga bagaimana
perasaan anak-anak Pak Hasan melihat ayahnya tiba-tiba menikah lagi.
Jadi sebenarnya perlu pengkajian alasan Pak Hasan menikahi Aisyah dengan
tujuan ibadah.
Poligami memang banyak dialami pasangan selebritis seperti Kyai AA
Gym , WS Rendra , tapi banyak dari mereka juga yang tidak happy ending
apakah karena keberkahan dari Allah tidak ada ?
Dan Poligami itu ada perkumpulannya lho!!
Mudah-mudahan bagi mereka yang berani poligami mendapat ridho Allah SWT.
Amin Yaa Robb
Saya tercengang membaca artikel ini, seakan tidak percaya apa benar
masi ada org seperti Ustadz itu di masa sekarang ini. Walaupun saya non
muslim tapi sangat besar keinginan saya untuk bertemu dengan Ustadz
tersebut. Semoga Tuhan mengijinkan… Terima kasih TS atas artikel
ini,sungguh bermanfaat utk saya
sangat” tercengang ,ada percaya ad gk ,artikel yg sang luar biasa mnguras air mata hik ,salut tuk bu hasan ,iklas memang berat
tapi dengn berusaha insay allah ada barokhanya .untuk sebuah pelajran yg sangt luar biasa.mksh bgt Ts dah berbgi artikel ini,smg bermanfaat untuk saya dan semua org.
Sebenarnya poligami pada zaman ayah&ibu atau kakek&nenek kita bukanlah masalah besar apalagi sampai di dramasir
Itu karena adanya UU Perkawinan th 1972, UU dimana Ibu negara merasa
cemburu terhadap suaminya. Sebagai Ibu negara, menabrak semua norma
agama dan sosial islam, maklumlah waktu itu nilai dan pandangan agamanya
berbeda dengan suaminya.
Karena sampai sejak itu sampai kini, tidak ada yang berani merobah
Sedangkan negara tetangga kita Malaysia, jauh lebih longar. Apalagi
UU Perkawinan yg berlaku di Thailan Selatan, dimana agama suku bangsa
Patani adalah Islam yg berbeda dgn kebanyakan masyarakat disana, Juga di
Philipina Selatan
saya rasa masih banyak amalan2 dlm islam yg belum kt laksanakan
ketimbang memilih amalan pogami yang paling tidak sedikitnya meyakitkan
hati isteri dan ibu dari anak-anak kita, zaman Nabi berbeda kondisinya
dgn skrng, zaman dulu siar islam baru dimulai dan perlu mempererat
persaudaraan melalui pernikahan dan banyak janda yang ditinggal syahid
oleh suaminya. di Indonesia ada lembaga resmi yang bs memutuskan
seseorang boleh poligami atau tidk yaitu Pengadilan Agama, kenapa tidak
mengunakan jalur tsb sehingga yang bs memutuskan boleh atau tidak bukan
kita tapi hakim. Islam mengajarkan kita untuk tunduk kepada penguasa
dan saya rasa cara-cara tersebut lebih bertanggung jawab dan lebih
memberi banyak pembelajaran pada semua pihak, postifnya juga status
isteri kedua akan lebih terhormat dan diakui secara resmi
ass,,numpang ngeblok di sini ya, bt para pedangdut organ tunggal
mana aja, klu brpakaian jgn trlalu soronok gitu dong!! pakai baju x
jgn buka2an, hargailah dangdut lain x, bukankah kita itu negara yg
terkenal mayoritas muslim x, coba renungkan baik2 kita merasa malu di
pandang naegara lain, bahwa indo nama x bs hancur klu orang2x klu
dangdut brpkaian x pd gila2an, kita org indo ga ada harga x sm sekali ,
klu mau buka2an ada tmpat x , bkn di tempat hiburan yg trbuka bnyk anak
kecil yg mnonton, mending joget x enak, musik x kebarat joget x ke
timur, pd ngaca dong! indo benar2 hancur, nama dangdut bs rusak dn
orang x pd bejadd!! kena orang x yg tdk brtanggung jawab, sungguh
mnyangyangkan kita sbgai bangsa indonesia, boleh berpakaian dn joget x
yg syah2 aja, ga usah ke barat2an parah!!! klu msih ada yg buka2an
tutup aja,
KOMEN DIATAS GW GA SETUJU TUHH… GW JUGA LAKI” MAN… ASLI, GW JUGA
PUNYA PERASAAN, JUJUR KALAW MAU KAWIN LAGI, GW JUGA MAU, CUMA JANGAN
BILANG ITU IBADAH. GW GA SETUJU BROO…ITUH MAH AKAL AKALAN ORANG MAU
KAWIN LAGI AJA….hahahaaa, BUKAN CARI IBADAH BROO….JAMAN NABI BESAR
MUHAMMAD S.A.W, MENIKAHI BANYAK ISTRI FAKTOR NYA : MENYATUKAN AGAMA
ISLAM BIAR BERKEMBANG LUAS MENJADI AJARAN AGAMA TAUHID YG BENAR DARI
ALLAH S.W.T. YG SEBENARNYA, NABI JUGA MENIKAHI PARA JANDA” DARI
SAHABAT ROSULL ALLAH KARENA SEMATA – MATA MENAFKAHI ANAK” YG
DITINGGALORANG TUA NYA MENINGGAL KARNA BERPERANG BERJIHAD MEMBELA AGAMA
ISLAM, ITU JUGA ANAKNYA BANYAK BROO…KAN SUSAH KLW IBUNYA CARI MAKAN
SENDIRI . BANYAK SIH ANAK NYA.. ITU NAMANYA BUKAN NAFSU. TAPI KALAU MAU
CARI IBADAH COBA DEH JANGAN KAWIN LAGI, KASIAN ADA YG TERSAKITI. APA ITU
BUKAN DOSA KALAW MENYAKITI SESAMA MAHLUK HIDUPP…… PIKIR SAJA BRO,
ya Allah msh ada juga yg komentar negatif, padahal artikel tersebut
jelas2 ingin mengangakat martabat seorang wanita. gak sedih liat wanita
yg tinggal serumah tp tanpa ikatan, atau cuma nikah siri yg gak jelas
hukum nya. atau mau ikut2 an aborsi apabila sudah kebablasan. cam kan
itu wahai kaum wanita. kan uda diberi pilihan sama ustadnya, klo tidak
setujukan juga gak di paksakan. berarti wanita tersebut lebih ridho klo
suaminya SELINGKUH, daripada berterus terang.
Kalau pak Hasan niatnya benar-benar ibadah, maka dia akan
mencarikan jodoh buat bu Aisyah, bukan malah mengawininya. Kalau perlu,
jodohkan bu Aisyah dengan ustadz Ahmad yang masih duda………………
laki-lakipunya seribu macam alasan untuk mendapatkan yang di
ionginkannya, poligami bukan untuk orang jaman sekarang, wanita slalu
mengalah bagaimana jka istri yang poligammi, , si suami rela gak??
ustad sekalipun gak berhak berkilah dengan alasan membantu, toh masih banyak jalan lain… .
weee….sy baca komen di sini.cw2
nya kyknya ud siap di madu nih….mau dong kawin 3 hahahaha…..siapa sih
yg iklas kalau suaminya tidur dgn perempuan lain di depan
matanya…..ibadah macam apa ini….?sini deh biar sy maduin hahahaha……iklas
ya kalau ngak masuk neraka loh,sy mapan jg,kuat jg,masi muda jg :P
bagaimana pun aku tdk setuju dgn poligami,,,
kelak yg akan jd korban anak2 dari hsl pernikahan itu,,
akan timbul kecemburuan???
mengapa di islam membolehkan poligami,,
pan bisa membantu orang dengan meringankan beban hidupnya,,
tidak harus menikahinya,,
yg ada membantu buat istri muda tapi menyiksa batin buat istri tua,,,
SETUJU ATAU TIDAK SETUJU, HIKMAHNYA HANYA DAPAT DICAPAI DENGAN KEIMANAN BUKAN AKAL MANUASIA!!!
BAGI ORANG YANG BERIMAN TELAH DIWAJIBKAN UNTUK MASUK ISLAM SECARA
KAFFAH(KESELURUHAN), KISAH NABI DAN ISTRINYA MERUPAKAN SURI TAULADAN
BAGI KITA YANG HARUS KITA SADARI BAHWA MEREKA MAMPU BERKORBAN DENGAN
HARTA DAN JIWA SESUAI DENGAN KEWAJIBAN KITA SEBAGAI MUSLIM DALAM ALQURAN
UNTUK BERJUANG DENGAN HARTA DAN JIWA DEMI AGAMA.
MEMANG WANITA YANG RELA DI POLIGAMI ADALAH WANITA PILIHAN YANG MEMPUNYAI
KEIMANAN YANG HEBAT, NAMUN PERTANYAANNYA, APAKAH KITA ENGGAN MENJADI
WANITA PILIHAN? APAKAH KITA ENGGAN MEMPUNYAI KEIMANAN YANG KUAT HANYA
KARENA MENGIKUTI AKAL DAN NAFSU!
SEDANGKAN NAFSU ADALAH KENDARAAN SYETAN, MAUKAH KITA TERJEBAK DAN BERKELAKUAN SEPERTI SYETAN YANG SELALU MENGENDARAI HAWA NAFSU.
DARI PADA MEMPERMASALAHKAN NIAT SUAMI UNTUK APA DIA MENIKAH LAGI… LEBIH
BAIK KITA AMBIL HIKMAH DARI SEMUA ITU! TOH KITA JUGA TIDAK INGIN KITA
SEBAGAI WANITA KALAU SUAMI KITA TIDAK MENIKAH LAGI TAPI MEREKA BERMAIN
GILA DENGAN WANITA LAIN DI BELAKANG KITA… BUKANKAH ITU MENJADI KERUGIAN
YANG LEBIH BESAR?
SEPANJANG BUKAN KARENA HOBBY DAN NIAT YANG TIDAK MASUK AKAL, LEBIH BAIK KITA MENCOBA UNTUK MENJADI WANITA PILIHAN…
KITA JANGAN TAKABUR SEOLAH KITA TAHU BAHWA ITU BURUK, MENYAKITKAN DAN
SEBAGAINYA… INGAT ITU ADALAH HAL YANG GAIB YANG KITA TIDAK TAHU…
HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU…
KITA JALANI SAJA HIDUP SESUAI ATURAN AGAMA, ITU YANG MENGANTARKAN KITA KEPADA KEBAHAGIAAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT…
BUKTIKANLAH OLEH KALIAN SENDIRI DENGAN PERKUAT SERTA BUKTIKAN KEPADA ALLAH AKAN SEBERAPA BESAR KEIMANANMU!!!
Islam itu monogami. Poligami merupakan pintu darurat. Jadi dari
kisah di atas apanya yang darurat? Kesannya maksa biar bisa berpoligami.
Kalau memang ingin mencarikan jodoh, carikan saja laki-laki atau pemuda
yang mau menikahinya. Satu hal lagi, untuk yang ingin berpoligami,
tidak hanya segi syariah agama yang harus diperhatikan tetapi sisi
sosial juga. Benar, Pak Hasan menolong, tetapi sisi lain juga menyakiti.Maaf, kalau ada yang kurang berkenan dengan komentar ini.
isi cerita bagus tuk contoh bagi yg merasa dirinya beriman ,akan
tetapi ada juga di antara pembaca yg tak setuju dgn poligami walaupun
kita terangkan apapun bagi yg tak Beriman tetap aja menolak namun
kiranya bagi rekan2 yg se Iman se agama Islam memang tuk menuju Ridho
Alloh dan makin di sayangi Nya kita harus kuat dan tabah konsekwensi nya
kita harus taat apa perintah dan aturan yg telah di tetapkan Alloh
S.W.T, ke Imanan mau ningkat harus mau di Uji Oleh nya bagai petinju aja
pingin kuat dan menang dalam pertandingan harus mau menerima pukulan
mau tak mau kalau lah kuat pasti kita bisa menang.jadi
Di dunia ini bagi manusia adalah tempat latihan dan ujian kalaIman kita
kuat syorgalah balasan nya bagi yg tak kuat neraka lah tempatnya
,memang jalan ke syorga penuh dgn duri kenapa karena agar kita selalu
hati2 dalam melangkah agar jangan menyalahi atas apa yg Alloh perintah
dan larangan nya ,kalau ke neraka bagai jalan tol tak ada rintangan
hingga kita terlena maut senantiasa menjemput Ayo mari kita tingkan
ke imanan kita dgn banyak menambah ilmu agama dan senantiasa mengamalkan
nya walaupun terasa berat karena setan selalu menggoda dgn segala cara ,
janganlah segala sesuatu di samakan yg kita lihat senang belum tentu
bahagia yg susah belum tentu merana mendingan kaji dan tela ah diri kita
sendiri yg penting bagaimana kita hidup berguna bagi orang lain hehe
wasalam prikitiw
Bagi istri yang sabar ketika dipoligami betapa nikmat yg sangat
besar dy dapatkan,,,pujian,kemulian dan doa kebaikan manusia berikan
kepadanya atas kesabarannya,,,itu adalah nikmat yang Allah tunjukkan
didunia kepadanya, dan kita tidak akan pernah tau nikmat terbesar
apalagi yang akan Allah berikan kepada istri yg bersabar kelak
diakhirat??
assalamualaikum…..
afwan anna numpang lewat….massyaalloh kisah seperti ini bukanlah satu
atau dua kali anna saksikan,,,terlebih dengan hadirnya sosok malaikat
yang mengiringinya….semoga menjadi bahan renungan,,,”mastna wa stulasta
wa ruba`.”
Cerita yang menarik. Alhamdulillah. Tapi yang lebih menarik adalah
respon yang berbeda dari para pembaca, sekalipun mungkin sama-sama
mengaku muslim. Wallahu’alam.
Ada yang menerima dengan lapang dada “halal” nya poligami, ada yang
berkelit dengan beribu alasan, sesuai nalar dan gengsinya, ada yang
menolak mentah-mentah bahkan mungkin kufur dengan ayat-ayat Allah.
Astaghfirullah.
Saya hanya ingin berdoa semoga Allah SWT menurunkan hidayah-Nya bagi
mereka yang belum bisa membedakan mana perkara halal dan haram di dalam
Islam. Dan, khususnya bagi mereka yang masih benci dengan Islam.
Bagi yang ridho dengan ketentuan Allah, semoga tetap istiqomah.
hueks, bicara tentang poligami, dan membaca semua argumen yang
menyetujui poligami bener-bener bikin muntah! Kayak kalo pada ngomongin
dosa putih, bohong putih, sesuatu yang pada dasarnya salah tapi di buat
bagaimana caranya agar terlihat benar.
kalau mau menolong kenapa harus di kawin ? Tolong aja, kalau kita
memberi justru tangan kanan tidak perlu tau. Kalau kita punya anak
perempuan dimadu bgmn ?
alhamdulilah,, aku jadi pengen ni poligami yang baik… jadi pengen
punya banyak istri nih… kapan ya hukum Indonesia memperbolehkan poligami
secara syah seperti di Timur tengah
Pak Moeflich, ada tdk kisah nyata wanita poliandri…. Kalau ada di
upload Pak…. Karena saya melihat di sekitar saya ada beberapa wanita yg
poliandri tanpa sepengetahuan suaminya….
saya secara prbadi tdk setuju…..mendingan di ceraikan dari pada
poligami,,,,,(walau saya telah beristri 3 kali dan saya memilih
menceraikannya dari pada poligami) ,,,tetap perasaan wanita biarpun dlm
hati kecilnya ngak mungkin mau,,,,,biarpun dengan alasan ibadah ,,,semua
bisa dilakukan dengan tdk harus mengawininnya….thanks
1 kisah nyata yang sangat mengharukan, keridhoan dan keiklasan
seorang istri yang mengagumkan, bisakan kita sperti itu?..insyaallaah,
bila itu memang sdah takdir maka tak seorangpun bisa melawannya,
termasuk diriku…
Jangan terlalu berlebihan dalam menilai seseorang yang menganut
poligami … kita manusia punya peran nya masing masing ,…. Kita jalankan
saja peran yang kita dapat kan dan ketahuilah hanya manusia yang
tertentu yang mampu menjalanininya … InsyaALLAH yang menjalani kehidupan
poligami tidak melenceng dari poligami itu sendiri …. menurut saya
lebih baik poligami dari pada suami melakukan zina/perselingkuhan yang
akan mendatangkan azab bagi keluarga … lihat lah sekarang ini begitu
banyak nya kesempatan untuk melakukan maksiat …ALLAH memberikan kita
pilihan …, kita manusia yang dapat menentukan mana yang terbaik buat
kita …. yang terpenting segala apa yang kita jalani sudah kita fikirkan
dan sudah siap untuk menerima baik dan buruk nya …. mudah2an niat baik
akan berbuah baik …
KALAU SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT (INDONESIA) MENOLAK POLIGAMI SAYA
KIRA PERLU DI AMAKLUMI. KARENA BUDAYA KITA MEMANG BELUM MENDUKUNG KE
SANA. MASYARAKAT MELIHAT ISTRI TUA PASTI PUNYA “KEKURANGAN”. SEMENTARA
LAKI LAKINYA SUDAH DICURIGAI MEMENTINGKAN NAFSU ATAS NAMA IBADAH. ITULAH
REAITANYA. SEBAB ITULAH BAGI PELAKU POLIGAMI HARUS MEMBERIKAN BUKTI
TERBAIK. BAHWA POLIGAMI MEMANG MENGUNTUNGKAN SEMUANYA. JANGAN MALAH
SEBALIKNYA. DENGAN DEMIKIAN KEDEPAN HARAPANNYA POLIGAMI YANG MEMANG
DIBOLEHKAN SECARA AGAMA CITRANYA SEMAKIN BAIK.
Saya hanya bisa bilang salut dengan pak ustadz. Beginilah
kontroversi jaman sekarang. Banyak perempuan jaman sekarang yg pasti
tidak ingin dimadu, sebenarnya bukan alasan ga ingin dimadu tetapi
alasan gengsi, materi dan ingin menguasai suaminya. Jika suaminya
bukanlah ahli agama, wajar lah ga mau dimadu, karena jelas suaminya aj
belum tentu masuk syurga, tetapi bagi suami yg tanda-tanda agamanya
tinggi, sebenarnya ga ada alasan buat perempuan tersebut tidak mau
dimadu. Mau alasan ga alasan, konspirasi tetap ditangan Allah, jika
tidak mau di madu kenapa masuk Islam, sekalian murtad saja. Klo mau
Allah ga ridho ya jangan masuk Islam, maka bersenang-senanglah anda di
dunia yg dimana tidak tempat anda di akhirat. Nabi muhammad itu termasuk
nabi yg hanya memiliki istri yg sedikit, sedangkan nabi2 sebelumnya
istri mereka sudah tidak bisa di itung dengan tangan. Seharusnya
bersyukurlah dengan datangnya nabi muhammad. Nabi Muhammad datang
sebagai penutup para Nabi bukan untuk menghilangkan poligami tetapi
sebagai petunjuk bagi kaum yg berakal, agar perempuan2 yg dimadu
pilihlah suami yg diridhoi Allah/penghuni syurga agar saat di poligami
tidak merugikan diri sendiri juga. Yang ditakutkan jika suaminya
bukanlah ahli syurga, yaitu perangainya mengajarkan kebusukan dan sang
istri ikut dengan itu tentulah si istri akan ikut masuk neraka. Nah bagi
perempuan yg ingin masuk syurga maka carilah suami yg membawa kesyurga,
mending di poligami oleh laki2 ahli syurga daripada monogami dengan
laki2 ahli neraka. Pilihan ada di TANGAN anda, anda punya otak maka
gunakan otak, anda juga punya rasa maka gunakan rasa yg benar. Terima
kasih.
Terlepas benar tidaknya cerita Moeflich Hasbullah di atas apakah
fakta atau fiksi, namun disekeliling kita hingga saat ini walaupun tidak
sebanyak monogami, praktik poligami banyak kita temukan. Dalam
sejarahnya, praktik poligami sebenarnya adalah praktik tua sejak jaman
dulu. Praktik poligami jaman dulu adalah hal biasa (human nature)
seperti praktik monogami saat ini. Dilakukan oleh raja-raja, bangsawan,
saudagar hingga rakyat biasa di seluruh dunia. Dilakukan oleh mafia,
penjahat juga dilakukan oleh ulama dan nabi-nabi. Diijinkan oleh
kitab-kitab kuno Yahudi, tidak dilarang oleh Budhaisme, dipraktekkan
masyarakat hindu kuno terutama raja-raja Hindu dan kasta tertentu. Henri
Hallam dalam bukunya Constitutional History of England, jilid I halaman
68, antara lain mengatakan Kaum reformer jerman yang terdiri dari
pemuka Nasrani mengakui sahnya perkawinan dengan istri ke dua dan ke
tiga bersama istri pertama. Diperbolehkan oleh Kristen Katolik hingga
1866, saat Paus Leo XIII merevisinya menjadi dilarang namun beberapa
aliran Kristen memperbolehkan poligami, terutama penganut Mormonisme
pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an bahkan
hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882, penganut Mormon memprotes keras
undang-undang anti-poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Di
negara sekuler seperti Amerika, Canada, para pecinta poligami bisa hidup
aman selama perkawinan mereka atas perintah “agama”. Amerika melarang
pernikahan ganda di semua negara bagian, tapi pecinta poligami hidup
“nyaman” di negara bagian Utah, Texas dan Arizona. Namun praktik
poligami ini menjadi tidak biasa di beberapa daerah, negara seiring
perkembangan nilai-nilai, belief system, mindset dan budaya masyarakat,
hingga terasa aneh, egois dan kejam dirasakan oleh individu.
Islam sendiri dalam pernikahan pada dasarnya berkonsep monogami jelas
ada dalam Al Quran Surat An Nisa ayat 3 “…kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja…” yang
dikuatkan dengan teladan Nabi Muhammad melakukan praktik monogami
bersama Khadijah istri yang sangat dicintainya hingga akhir hayatnya.
Namun Islam sendiri membolehkan praktik poligami sebagai solusi. Jadi
yang perlu digarisbawahi di sini bahwa poligami sebagai solusi. Poligami
adalah praktik pernikahan. Sebagaimana pernikahan mempunyai hukum dasar
mubah. Dapat menjadi sunnah, wajib, makruh, bahkan haram tergantung
terhadap niat, praktik yang dijalankannya serta dampak kemaslahatan atau
kemudharatan . Dapat menjadi haram bila niat dan praktik pernikahannya
baik itu monogami atau poligami utk tujuan kejahatan. Dapat menjadi
wajib bila niat dan praktik pernikahannya baik itu monogami atau
poligami menghindari kemudharatan atau meraih kemslahatan yang lebih
besar. Jadi keliru bila kita langsung justifikasi bahwa poligami adalah
Sunah Rasul, itu terjebak dalam simplifikasi dan pembenaran. Islam
konsep dasarnya monogami, kalaupun Islam membolehkan poligami, dengan
mengajukan syarat yang cukup ketat yakni mampu memberikan nafkah untuk
semua istrinya dan selanjutnya mampu berlaku adil dalam nafkah terhadap
semua istrinya sertah agar membawa kebaikan bagi semua pihak sangat
dianjurkan untuk memperoleh keridhaan istri dan orangtua. Praktik
poligami yang buruk dalam kenyataannya, tidak berarti konsep dasarnya
poligami sebagai solusi buruk. Seperti halnya banyak orang Islam yang
buruk akhlaknya bukan berarti ajaran Islam adalah buruk.
Kita sebagai perempuan jangan langsung justifikasi bahwa poligami itu
buruk, sebagaimana dikatakan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, “Anehnya
para penentang poligami baik pria maupun wanita, mayoritas mereka tidak
mengerti tata cara wudhu dan sholat yang benar, tapi dalam masalah
poligami, mereka merasa sebagai ulama besar!!” (Umdah Tafsir I/458-460).
Kita juga jangan sok tau dalamnya hati dan niat seseorang, berprasangka
buruk (su’udzon) bahwa pria yang melakukan poligami pasti egois, bahwa
wanita pasti hatinya menderita kalau dipoligami. Karena hati adalah
masalah ghaib. Banyak juga fakta praktik poligami yang baik dan bahagia.
Walaupun tidak bisa kita pungkiri yang berantakan juga banyak. Edward
von Hartman, sarjana Jerman dalam bukunya yang berjudul Philosophie des
Unbewussen mengatakan naluri alamiah lelaki cenderung pada poligami,
sedang kan naluri alamiah wanita cenderung pada monogami. Bila kita
cermati kenyataan sosial, Manchester Metropolitan University di Inggris
melakukan penelitian tentang perilaku berselingkuh pada pria. Hasilnya,
20 persen pria mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya. Hasil riset
lebih tajam dilakukan M Gary Neuman yang berhasil menyibak misteri
perselingkuhan laki-laki. Ia telah meneliti 200 pria. Riset menunjukkan
48 persen laki-laki mengatakan ketidakpuasan emosional sebagai alasan
utama berselingkuh. Sebanyak 66 persen pria merasa bersalah ketika
sedang berselingkuh. Sedangkan 68 persen pria yang berselingkuh tidak
pernah membayangkan sebelumnya, dan tidak mengharapkan perselingkuhan
terjadi. Hanya 12 persen pria yang mengatakan bahwa WIL lebih menarik
secara fisik ketimbang pasangannya. Martin Monto, ahli sosiologi dari
Universitas Portland, AS menyatakan bahwa ada 16 persen laki-laki yang
berkunjung ke tempat prostitusi secara rutin sepanjang hidupnya. Menurut
riset yang digelar Prostitution Research & Education di London,
alasan yang disebutkan mengapa mereka menggunakan pekerja seks itu, yang
terbanyak, 32 persen, karena desakan kebutuhan seks. Seks pria
cenderung continue, sedangkan seks wanita cenderung discontinue, karena
haid, nifas. 21 persen dan 20 persen, karena ingin mencoba pekerja seks
dari etnis atau suku lain dan karena tidak puas, baik emosional maupun
seksual dengan pasangan di rumah. Sedang 15 persen lagi menggunakan jasa
pekerja seks karena alasan praktis, dimana tidak adanya komitmen. 8%,
senang menggunakan jasa pekerja seks karena ada suasana menegangkan.
Dalam jumlah kecil, 3% dan 2%, menyewa pekerja seks karena sudah
ketagihan dan karena tekanan teman. Melihat kenyataan sosial itu pria
yang melakukan poligami dengan baik sesuai dengan aturan, nilai dan
norma yang baik lebih gentle daripada pria yang sembunyi-sembunyi
berkhianat terhadap istrinya dengan selingkuh atau bahkan melakukan
praktik prostitusi. Kita sebagai wanita sedikit atau banyak
berkontribusi terhadap perilaku pria dan juga sebaliknya. Karena pada
dasarnya fitrah manusia adalah baik berdasarkan teori humanistik Carl
Rogers. Penyakit sosial tersebut tidak bisa diselesaikan dengan
perasaan. Harus ada hukum yang kongkrit dan solutif.
memang tdk ada yg ingin berbagi,,,rs sakit itu pasti ada,,,namun
semua kembali pd keimanan qt msg2,,jk qt sanggup menjalani’y dan yakin
mk qt yg akn menerima konsekwensi selanjut’y,,jd jgn gegabah menerima
sesuatu jk qt tdk yakin,,(khusus untuk posisi bu hasan),namun ada
sebagian wanita berfikir positiv tentang poligami,,drpd mendekati jinah
dn qt kena imbas dosa’y,,,ya baik dipertimbangkn,,namun jk tdk sanggup
menerima dan tkt menjalani’y yaaa,,,pikir dulu deeehhh,,,msg2 jgn
egois,,peka terhadap pasangan masing2
Subhannallah..kisah yg mengharukan, bila Allah ridho semua berjalan
baik, pa lg menjalaninnya semua dgn ikhlas insyaallah sorga allah
tantangannya amin…
[…] on “ Kisah Nyata: Inilah Drama Pernikahan Poligami yang
Sempurna dan Sangat Mengharukan ” Download Kisah Nyata: Inilah Drama
Pernikahan Poligami yang … | […]
[…] Kisah Nyata: Inilah Drama Pernikahan Poligami yang … – Oleh
Moeflich Hasbullah. a. Inilah kisah nyata drama kehidupan yang sangat
mengharukan yang patut menjadi renungan, pelajaran dan contoh bagi kita
semua…. […]
Btw, pasti ini artikel menarik, tpi belum sempet baca, salam kangeN AJA nih! lama ga ikutan di forum nya akang!
karena kebanyakan wanitan jaman sekarang sudah kurang reda nya.
semoga yg membaca artikel ini dapat mengambil hikmah dari segala isi cerita ini. amin ya ALLAH
btw adakah nomer HP ustadz tersebut?
kalo ada tolong kasih ya saudara ku.
081273412410 (tolong sms kan saja ke sini)
Nabi saja menikah lagi ketika Khadijah meninggal…
Boleh saya minta bantuannya teman-teman forum semua?
Langsung aja ke maksud saya, Dalam rangka penelitian tentang poligami yang akan dilakukan oleh teman saya yang berasal dari Jerman, kami membutuhkan beberapa nara sumber yang bersedia untuk diwawancarai, yaitu wanita-wanita yang menjadi istri dari suami yang berpoligami.
Sedianya wawancara tersebut akan dilakukan medio oktober tahun ini.
Atas bantuan teman-teman semua, sebelumnya saya ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Jika teman-teman berkenan membantu boleh menghubungi e mail saya: aridwiky@yahoo.com
Sengaja email tersebut saya publish agar banyak temen-temen forum yang mungkin ikut membaca.
wassalamualaikum wr. wb.
salam kenal
Ari
Bagi laki2 yang mampu, saya sarankan memang harus punya cobaan lebih dari satu (istri)…tujuannya jelas untuk menambah besar keimanan(tidak takut menegakan apa yang diperbolehkan oleh islam/karena kafir melarangnya)…dan menguji seberapa besar ke ihlasan seorang istri atas suaminya (laki2 punya kewajiban yg lain didunia ini selain mengurusi keluarganya/dawah dll)..
saya kira (maaf), kalau ke imanan seorang istri sudah kuat..suami beristri lebih dari 1, malah membuat keuntungan bagi istrinya yang pertama atau yang kesekian karena akan lebih ringan membantu suaminya…maaf
maha suci Allah yg telah mnciptakan bumi & isi nya….
Semoga Allah meninggikan derajat mamaku, semoga aq msh sempat membahagiakannya.
Klo qt mo cek lagi, pak hasan kan kaya klo mang murni mo bantu bisa aja kan kasih pekerjaan ato pinjemin modal usaha gtu. Npa musti poligami?
Pak ustadnya juga tuh, maksa abizzz.
Kang Moef:
Boleeh .., kontak saya saja dulu. 08562051200.
Salam.
mengharukan sekali ceritanya. saya sampai meneteskan air mata. subhanallah..maha suci engkau ya Allah.
buat ustadz ahmad, saya ingin menjadi anda. amiin ya Allah..
Dan Poligami itu ada perkumpulannya lho!!
Mudah-mudahan bagi mereka yang berani poligami mendapat ridho Allah SWT.
Amin Yaa Robb
tapi dengn berusaha insay allah ada barokhanya .untuk sebuah pelajran yg sangt luar biasa.mksh bgt Ts dah berbgi artikel ini,smg bermanfaat untuk saya dan semua org.
Itu karena adanya UU Perkawinan th 1972, UU dimana Ibu negara merasa cemburu terhadap suaminya. Sebagai Ibu negara, menabrak semua norma agama dan sosial islam, maklumlah waktu itu nilai dan pandangan agamanya berbeda dengan suaminya.
Karena sampai sejak itu sampai kini, tidak ada yang berani merobah
Sedangkan negara tetangga kita Malaysia, jauh lebih longar. Apalagi UU Perkawinan yg berlaku di Thailan Selatan, dimana agama suku bangsa Patani adalah Islam yg berbeda dgn kebanyakan masyarakat disana, Juga di Philipina Selatan
terima kasih sudah berbagi cerita yg begitu indah ini..
salam..
ustad sekalipun gak berhak berkilah dengan alasan membantu, toh masih banyak jalan lain… .
semuanya atas izin allah
perjuangan mengalahkan keegoisan,perasaan..
kelak yg akan jd korban anak2 dari hsl pernikahan itu,,
akan timbul kecemburuan???
mengapa di islam membolehkan poligami,,
pan bisa membantu orang dengan meringankan beban hidupnya,,
tidak harus menikahinya,,
yg ada membantu buat istri muda tapi menyiksa batin buat istri tua,,,
BAGI ORANG YANG BERIMAN TELAH DIWAJIBKAN UNTUK MASUK ISLAM SECARA KAFFAH(KESELURUHAN), KISAH NABI DAN ISTRINYA MERUPAKAN SURI TAULADAN BAGI KITA YANG HARUS KITA SADARI BAHWA MEREKA MAMPU BERKORBAN DENGAN HARTA DAN JIWA SESUAI DENGAN KEWAJIBAN KITA SEBAGAI MUSLIM DALAM ALQURAN UNTUK BERJUANG DENGAN HARTA DAN JIWA DEMI AGAMA.
MEMANG WANITA YANG RELA DI POLIGAMI ADALAH WANITA PILIHAN YANG MEMPUNYAI KEIMANAN YANG HEBAT, NAMUN PERTANYAANNYA, APAKAH KITA ENGGAN MENJADI WANITA PILIHAN? APAKAH KITA ENGGAN MEMPUNYAI KEIMANAN YANG KUAT HANYA KARENA MENGIKUTI AKAL DAN NAFSU!
SEDANGKAN NAFSU ADALAH KENDARAAN SYETAN, MAUKAH KITA TERJEBAK DAN BERKELAKUAN SEPERTI SYETAN YANG SELALU MENGENDARAI HAWA NAFSU.
DARI PADA MEMPERMASALAHKAN NIAT SUAMI UNTUK APA DIA MENIKAH LAGI… LEBIH BAIK KITA AMBIL HIKMAH DARI SEMUA ITU! TOH KITA JUGA TIDAK INGIN KITA SEBAGAI WANITA KALAU SUAMI KITA TIDAK MENIKAH LAGI TAPI MEREKA BERMAIN GILA DENGAN WANITA LAIN DI BELAKANG KITA… BUKANKAH ITU MENJADI KERUGIAN YANG LEBIH BESAR?
SEPANJANG BUKAN KARENA HOBBY DAN NIAT YANG TIDAK MASUK AKAL, LEBIH BAIK KITA MENCOBA UNTUK MENJADI WANITA PILIHAN…
KITA JANGAN TAKABUR SEOLAH KITA TAHU BAHWA ITU BURUK, MENYAKITKAN DAN SEBAGAINYA… INGAT ITU ADALAH HAL YANG GAIB YANG KITA TIDAK TAHU…
HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU…
KITA JALANI SAJA HIDUP SESUAI ATURAN AGAMA, ITU YANG MENGANTARKAN KITA KEPADA KEBAHAGIAAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT…
BUKTIKANLAH OLEH KALIAN SENDIRI DENGAN PERKUAT SERTA BUKTIKAN KEPADA ALLAH AKAN SEBERAPA BESAR KEIMANANMU!!!
afwan anna numpang lewat….massyaalloh kisah seperti ini bukanlah satu atau dua kali anna saksikan,,,terlebih dengan hadirnya sosok malaikat yang mengiringinya….semoga menjadi bahan renungan,,,”mastna wa stulasta wa ruba`.”
Ada yang menerima dengan lapang dada “halal” nya poligami, ada yang berkelit dengan beribu alasan, sesuai nalar dan gengsinya, ada yang menolak mentah-mentah bahkan mungkin kufur dengan ayat-ayat Allah. Astaghfirullah.
Saya hanya ingin berdoa semoga Allah SWT menurunkan hidayah-Nya bagi mereka yang belum bisa membedakan mana perkara halal dan haram di dalam Islam. Dan, khususnya bagi mereka yang masih benci dengan Islam.
Bagi yang ridho dengan ketentuan Allah, semoga tetap istiqomah.
izin copy ya sob. tks
Islam sendiri dalam pernikahan pada dasarnya berkonsep monogami jelas ada dalam Al Quran Surat An Nisa ayat 3 “…kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja…” yang dikuatkan dengan teladan Nabi Muhammad melakukan praktik monogami bersama Khadijah istri yang sangat dicintainya hingga akhir hayatnya. Namun Islam sendiri membolehkan praktik poligami sebagai solusi. Jadi yang perlu digarisbawahi di sini bahwa poligami sebagai solusi. Poligami adalah praktik pernikahan. Sebagaimana pernikahan mempunyai hukum dasar mubah. Dapat menjadi sunnah, wajib, makruh, bahkan haram tergantung terhadap niat, praktik yang dijalankannya serta dampak kemaslahatan atau kemudharatan . Dapat menjadi haram bila niat dan praktik pernikahannya baik itu monogami atau poligami utk tujuan kejahatan. Dapat menjadi wajib bila niat dan praktik pernikahannya baik itu monogami atau poligami menghindari kemudharatan atau meraih kemslahatan yang lebih besar. Jadi keliru bila kita langsung justifikasi bahwa poligami adalah Sunah Rasul, itu terjebak dalam simplifikasi dan pembenaran. Islam konsep dasarnya monogami, kalaupun Islam membolehkan poligami, dengan mengajukan syarat yang cukup ketat yakni mampu memberikan nafkah untuk semua istrinya dan selanjutnya mampu berlaku adil dalam nafkah terhadap semua istrinya sertah agar membawa kebaikan bagi semua pihak sangat dianjurkan untuk memperoleh keridhaan istri dan orangtua. Praktik poligami yang buruk dalam kenyataannya, tidak berarti konsep dasarnya poligami sebagai solusi buruk. Seperti halnya banyak orang Islam yang buruk akhlaknya bukan berarti ajaran Islam adalah buruk.
Kita sebagai perempuan jangan langsung justifikasi bahwa poligami itu buruk, sebagaimana dikatakan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, “Anehnya para penentang poligami baik pria maupun wanita, mayoritas mereka tidak mengerti tata cara wudhu dan sholat yang benar, tapi dalam masalah poligami, mereka merasa sebagai ulama besar!!” (Umdah Tafsir I/458-460). Kita juga jangan sok tau dalamnya hati dan niat seseorang, berprasangka buruk (su’udzon) bahwa pria yang melakukan poligami pasti egois, bahwa wanita pasti hatinya menderita kalau dipoligami. Karena hati adalah masalah ghaib. Banyak juga fakta praktik poligami yang baik dan bahagia. Walaupun tidak bisa kita pungkiri yang berantakan juga banyak. Edward von Hartman, sarjana Jerman dalam bukunya yang berjudul Philosophie des Unbewussen mengatakan naluri alamiah lelaki cenderung pada poligami, sedang kan naluri alamiah wanita cenderung pada monogami. Bila kita cermati kenyataan sosial, Manchester Metropolitan University di Inggris melakukan penelitian tentang perilaku berselingkuh pada pria. Hasilnya, 20 persen pria mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya. Hasil riset lebih tajam dilakukan M Gary Neuman yang berhasil menyibak misteri perselingkuhan laki-laki. Ia telah meneliti 200 pria. Riset menunjukkan 48 persen laki-laki mengatakan ketidakpuasan emosional sebagai alasan utama berselingkuh. Sebanyak 66 persen pria merasa bersalah ketika sedang berselingkuh. Sedangkan 68 persen pria yang berselingkuh tidak pernah membayangkan sebelumnya, dan tidak mengharapkan perselingkuhan terjadi. Hanya 12 persen pria yang mengatakan bahwa WIL lebih menarik secara fisik ketimbang pasangannya. Martin Monto, ahli sosiologi dari Universitas Portland, AS menyatakan bahwa ada 16 persen laki-laki yang berkunjung ke tempat prostitusi secara rutin sepanjang hidupnya. Menurut riset yang digelar Prostitution Research & Education di London, alasan yang disebutkan mengapa mereka menggunakan pekerja seks itu, yang terbanyak, 32 persen, karena desakan kebutuhan seks. Seks pria cenderung continue, sedangkan seks wanita cenderung discontinue, karena haid, nifas. 21 persen dan 20 persen, karena ingin mencoba pekerja seks dari etnis atau suku lain dan karena tidak puas, baik emosional maupun seksual dengan pasangan di rumah. Sedang 15 persen lagi menggunakan jasa pekerja seks karena alasan praktis, dimana tidak adanya komitmen. 8%, senang menggunakan jasa pekerja seks karena ada suasana menegangkan. Dalam jumlah kecil, 3% dan 2%, menyewa pekerja seks karena sudah ketagihan dan karena tekanan teman. Melihat kenyataan sosial itu pria yang melakukan poligami dengan baik sesuai dengan aturan, nilai dan norma yang baik lebih gentle daripada pria yang sembunyi-sembunyi berkhianat terhadap istrinya dengan selingkuh atau bahkan melakukan praktik prostitusi. Kita sebagai wanita sedikit atau banyak berkontribusi terhadap perilaku pria dan juga sebaliknya. Karena pada dasarnya fitrah manusia adalah baik berdasarkan teori humanistik Carl Rogers. Penyakit sosial tersebut tidak bisa diselesaikan dengan perasaan. Harus ada hukum yang kongkrit dan solutif.