Kamis, 25 Juni 2015

TERNYATA PENGGUNAAN KALIMAT "SUBHANALLAH" SERING TERTUKAR DENGAN "MASYA ALLAH"

TERNYATA PENGGUNAAN KALIMAT
"SUBHANALLAH" SERING TERTUKAR
DENGAN "MASYA ALLAH"
Ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah
“Subhanallah” sering tertukar dengan ungkapan “Masya Allah”.
Ucapkan “Masya Allah”
diucapkan kalau kita merasa kagum, sedangkan
ucapkan “Subhanallah” jika melihat keburukan.
Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah”
dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci
Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah
(Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita
takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan
melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita
mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk
mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”.
Misalnya, begitu mendengar ada keburukan,
kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan
Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan
demikian).

Ucapan Masya Allah
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak
akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah
dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik.
Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak
Allah”. Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal
yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan
sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi
hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘
(sungguh atas kehendak
Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Sekiranya kamuanggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek,
ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku
berjunub dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat,
lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk
mandi junub. Setelah itu aku datang menemui
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah
engkau malah pergi ketika kami muncul?’
Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk
bertemu kalian dalam keadaan junub.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi)
“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk
bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran,
ungkapan Subhanallah digunakan dalam
menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan,
mereka persekutukan”, juga digunakan untuk
mengungkapkan keberlepasan diri dari hal
menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah
dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan
bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci
dari semua keburukan tersebut.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat
yang indah, indah karena keindahan atas kuasa
dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan
Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah
dan sebaliknya?
Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya
saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan
tepat antara Subhanallah dan Masya Allah. Wallahu a’lam bish-shawabi.
S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar