Kamis, 25 Juni 2015

Yang berhak kau cintai

Orang yang berhak untuk engkau cintai (Tafsir QS 18:28)
Tiada (manusia) yg lebih berhak engkau cintai melainkan orang yang mengajakmu kepada TAUHIDULLÅH menjauhkanmu dari SYIRIK, mengajakmu kepada SUNNAH melarangmu dari BID’AH, mengajakmu kepada KETAATAN dan melarangmu dari MAKSIAT, dan yang MENGINGATKANmu ketika dirimu LALAI..
Allåh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya
(al Kahfi: 28)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas:
Yakni duduklah kamu bersama hamba-hamba Allåh yang berdzikir kepada Allåh, bertahlil, bertahmid, bertasbih, bertakbir, dan memohon kepada-Nya pagi dan petang, baik mereka itu miskin ataupun kaya, kuat ataupun lemah
Kemudian beliau membawakan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shåhihnya dari Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata:
“Kami berenam tengah bersama Råsulullåh (shållallåhu ‘alayhi wa sallam). Tiba-tiba kaum musyrikin berkata kepada Nabi shållallåhu ‘alayhi wa sallam, “Usirlah mereka itu. Mereka tidak boleh lancang terhadap kami.”
Sa’ad berkata:
“Saat itu aku bersama Ibnu Mas’ud, Bilal, seorang dari suku Hudzayl, dan dua orang yang namanya aku lupa. Maka Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam sangat tersinggung dan menyimpannya dalam hati beliau. Kemudian Allåh menurunkan ayat:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya”
(HR. Muslim)
al-Hafizh abu Bakar al-Bazar meriwayatkan dari abu Hurråyråh dan Abu Sa-id, keduanya berkata:
“Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam datang, sedang SESEORANG sedang membaca surat al-Hajj atau surat al-Kahfi. Maka orang itu pun berhenti..
Kemudian Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda: ‘Terhadap orang-orang pada majelis semacam inilah aku diperintahkan untuk bersabar menemaninya’.”
(abu Zuhriy: “adapun tentang sanad hadits ini, Wallåhu a’lam. Tapi maknanya benar.”-)
Thåbråniy meriwayatkan dari Abdur-Råhman bin Sahl bin Hanif, dia berkata:
“Ketika Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam berada dalam salah satu rumahnya, turunlah ayat:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya
Kemudian beliau mengunjungi mereka. Beliau mendapati kelompok orang yang tengah berdzikir kepada Allåh Ta’ala. Diantara mereka ada yang kepalanya kusut, kulitnya bau, dan ada yang hanya memiliki satu pakaian saja.
Tatkala beliau melihat mereka, beliau pun menyertainya lalu bersabda:
“Segala puji bagi Allåh, yang telah menjadikan pada umatku orang yang menyuruh aku bersabar bersama mereka”
(-abu Zuhriy: “Adapun tentang sanad hadits ini, Wallåhu a’lam”-)
Allåh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini
Ibnu Abbas berkata:
“Dan janganlah kamu memalingkan pandangan dari mereka ke arah orang lain hanya karena mencari teman yang mulia dan kaya sebagai pengganti mereka.”
Mengenai firman Allåh Ta’ala:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
“dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya”.
Ibnu Katsir menafsirkan:
Yakni melupakan agama -dan penyembahan terhadap Råbbnya- karena dunia.
Allåh Ta’ala berfirman:
وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
dan adalah keadaan mereka itu, melewati batas
Ibnu Katsir menafsirkan:
“Yakni perbuatan dan perilakunya merupakan kedunguan, melampaui batas dan sia-sia. Janganlah kamu mengikuti dan mencintainya serta simpati terhadap jalan hidupnya, juga jangan iri terhadap kekayaannya.”
(Surat Al-Kahfi: 28, Terjemahan dan Tafsirnya (Tafsir diambil dari Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir)
Inilah salah satu sebab mengapa kita HARUS MENCINTAI RÅSULULLÅH SHÅLLALLÅHU ‘ALAIHI WA SALLAM lebih dari diri kita sendiri. Karena beliau adalah orang yang pertama kali melaksanakan seluruh hal yang diatas.
Kemudian, para shåhabat, karena merekalah yang pertama kali mendakwahkan Islam
Kemudian tabi’in dan tabi’ut tabi’in,
Kemudian orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik..
Mereka semua diridhåi Allåh, dan mereka pun ridhå kepadaNya..
Tidak memudhåråtkan mereka jeleknya perilaku:
– orang-orang bodoh yang tetap (bahkan bangga) berada diatas kebodohannya
– dan pengikut hawa nafsu yang selalu mengikuti hawa nafsunya.
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata:
“Segala puji bagi Allah yang menjadikan adanya ahlul ilmi (‘Ulama) pada setiap zaman fatrah (Zaman terputusnya wahyu dan tidak adanya rasul yang diutus di tengah umat) dari para rasul, yang mereka ini mengajak orang yang sesat kepada petunjuk dan bersabar atas gangguan yang mereka terima dari manusia.”
“Mereka menghidupkan kitabullah yang telah ditinggalkan manusia dan menjadikan orang yang buta (akan kebenaran) dapat melihat dengan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
“Berapa banyak korban yang dibunuh oleh Iblis telah mereka hidupkan dan berapa banyak orang yang sesat lagi tidak mengerti jalan telah mereka bimbing!?”
“Alangkah bagusnya apa yang mereka perbuat terhadap manusia, namun alangkah jeleknya apa yang diperbuat manusia terhadap mereka.”
“Mereka adalah orang-orang yang menolak penyimpangan orang-orang yang berbuat ghuluw terhadap kitabullah, demikian pula keyakinan orang-orang yang batil dan takwil orang-orang jahil, di mana orang-orang sesat ini telah mengikat bendera bid’ah dan melepaskan tali kekang fitnah.”
“Orang-orang yang sesat ini berbeda-beda dalam memahami Kitabullah dan menyelisihi Kitabullah, akan tetapi mereka bersepakat meninggalkan Kitabullah.”
“Mereka ini berucap terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tentang Kitabullah tanpa ilmu.”
“Mereka berbicara dengan pembicaraan yang samar/ rancu dan bermaksud menipu orang-orang yang bodoh dari kalangan manusia dengan apa yang mereka samarkan.”
“Kepada Allah semata kita berlindung dari fitnah orang-orang yang menyesatkan.”
(Ar-Raddu ‘ala Az-Zanadiqah wal Jahmiyyah, hal. 1)
Dr web abu zuhry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar