Sabtu, 27 Juni 2015

tentangku

Hari ini sore tadi kenapa tiba2 kembali sedih. sebenarnya ingin tulis banyak2, tp selama ini coba kualihkan dgn menonton film India. selalu slain tak kuasa menyelesaikan tulisan, lebih krn ingin menjaga kisah ini sebagai kisahku dalam hati. sebagai catatan perjalanan kehidupanku. Walo kadang rasanya ng sanggup merasakan sendirian. Pun jika kuceritakan dengan pikiran yang ada dalam pikiran orang kta ng tahu apa pendapat mereka tentang yang terjadi padaku.

Sebenarnya sudah beberapa kali kusampaikan pertanyaan pada suami tentang beberapa pertanyaan yg seputar itu-itu saja yang dengan cantik dan diamnya bliau kadang menjawab dan banyak tidaknya.
sejak mengetahui ihwal sebenarnya tentang suami, aku merasa bliau jg mengubah gaya berceritanya. demikian pula aku. sebenarnya saat tertentu aku sensitif pun demikian saat tertentu bisa rasional. pun demikian dalam 2 kondisi tersebut, suamiku termasuk tidak terpancing menjawab pertanyaanku. jujur ku akui suami pandai mengelola emosi, sehingga mungkin itu yg menjadikan pilihan hidupnya salah satunya poligami bs terjalani hingga hari ini. Walopun sebagai salah satu pihak yang berperan di dalamnya boleh berkomentar cara poligami bliau krg bijak terutama dari awal bliau memutuskan memilih pilihan hidup itu. Dimana ketika berpoligami bnyk hal yg semestinya bliau lakukan sehingga poligami tersebut lebih syar'i sesuai tuntunan islam. Mungkin perlu dbuat buku langkah2 poligami yg baik

Hingga kini apa yang saya bisa ceritakan dgn pilihan hidup suami dan kami, serta takdir dr Allah untuk kami. Toh kalau boleh rasakan tanpa berniat egois, kadang saat suami memperhatikanku rasa dr hati ya bliau penuh perhatiannya , sy rasa tdk terbagi, karena sptny bliau tahu dan memahami kebutuhan saya akan perhatian. Pun begitu ng bs dinafikan pd saat kami sesekali bercanda, ingatan2 sy muncul tentang realitas kami dmana klo sy ng bs menahan diri itu refleks muncul dalam sebuah pertanyaan, sindiran, serta pernyataan yg menggiring suami utk membuka pikiran akan pilihan hidup yang dipilih.

Agak heran juga dengan pilihan hidup bliau untuk poligami. Karena secara kasat mata, hampir ku tidak melihat kekurangan pd bliau dan keluarganya. Pekerjaan yang bagus. Agama dan akhlaq yg memadai untuk membina n menjaga sebuah rmh tangga. kehidupan dunia yang mapan. Istri yang cantik dan baik, mungkin aku tidak ada apa2nya. Anak2 yang sholeh, dan kehidupan rmh tangga layaknya keluarga lain.
Jikapun prinsip poligami yang bliau ambil saya kira kenapa ng dilakukan sebelumnya. Selain itu kenapa sy yg dipilih menjadi orang yang terlibat di dalamnya dimana bliau tahu walo sy bisa nerima konsep poligami secara teori tp sy tidak ingin menjalankan serta slama ini berusaha menghindari amanah berumah tangga seperti itu.
padahal setahuku sebelum mengenalku bliau juga melakukan pendekatan dengan beberapa gadis. Dan pernah saya lontarkan pertanyaan sebelum nikah, kenapa bliau mau jauh2 memilih sy yang orang kampung bekerja di kampung dan bliau bisa berkesempatan memilih orang lain, diluar sana, banyak wanita yg sering ditemui dgn berbagai profesi yg berbeda, lebih berdikari, lebih bs menyesuaikan diri dgn pola hidup, kerja dan kehidupan profesi bliau misalnya pramugari, karena bliau sering bepergian dan kala itu bliau datang menemui sy, setelah bepergian dari menyelesaikan pekerjaannya di luar negara, Bangla punya.

Apa ekspektasi sy ketika mau menikah dgn bliau. Sudah saya sampaikan pd bliau kala pertama jumpa, sy ingin dilamar karena belum pernah mengalami hal ini, sy ingin dberi satu set perhiasan emas dari asal bliau dan sy mencari orang yang sabar serta berpesan, jangan menyakiti sy krn itu berarti membuat ibu sy sedih.

ekspektasi lain apa?hampir tak ada. tapi saya mencari laki2 yang bukan suami orang sesuai pesan dan amanah ibu. selain itu soal beda negara, sebenarnya tdk ada keinginan menikah beda negara. tak terpikir malah. Tapi klo dsemangati adekku memang iya. dan itu seperti mendapatkan jalan, ada kawan share ttg sebuah sosial media yg isinya tentang dunia laki-laki perempuan, itu pertama yang ku ketahui. mungkin sy terlambat mengenal internet dan dunia sosial media tahun 2009. kemudian sy mengenal ajang mengenal jodoh yang banyak dari overseas pada saat sy membaca google. karena setiap saya berkenalan dgn laki-laki melalui media itu selalu asistant terbaik sy adalah google. Saya malah lebih banyak belajar mengenal sosok karakter orang dari negara A, B C dari google. Dalam pikiran praktis sy, hitung2 dapat ilmu dan pengalaman blajar english dan dunia yg memang luas.

justru keluargaku lebih excited setelah bliau dalam waktu sepekan dari berkenalan datang. Kalau sy agak heran memang ketika mengenal bliau dari awal kenapa sy tergerak untuk mau, padahal tidak ada foto, kirim pesan, yang biasanya yang ada fotopun sy hanya membalas pesannya dengan singkat dan juga kadang klo mood baik mau membuka profil, kadang jg mungkin itupun karena sy langganan internet.
Keluarga dengan caranya ingin mengenal bliau. sy ya berusaha ingin tahu dengan bertanya yang apa mampu saya lakukan seperti gajinya apa ringgit or dolar?dijawab dolar ya sudah seperti itu aja tanpa ingin tahu lebih lanjut nominal, bukan masalah sopan ng sopan bertanya detail tp karena sy merasa trus kalau tahu untuk apa, tokh itu penghasilan orang, bukan penghasilanku. Dan mgkn adekku lebih semangat cari lagi2 d datuk google.Serta kakak iparku yang mungkin penasaran ttg sosok bliau karena berbeda negara yg secara kasat mata kta ng tahu sosok bliau.
Klo soal penasaran ya kenapa umur segitu belum menikah.tp mendengarceritany yang ada ikut sedih karena merasa senasib. Di usia segini kondisinya sama. Pun begitu seperti juga ada rasa penasaran soal usia, kok terlihat dewasa dari umur yang tertera di sosmed itu. Hal lain tentang fisik dan wajah tak soal. Tapi sepanjang perjalanan pertemanan kami rasa bliau sebagai bujang emang lebih kuat daripada bliau yang berkeluarga.Walo beberapa kali dengan misteriusnya bliau juga menghilang. Tapi tanda tanya tersebut hanya tersimpan di pikiran hati dan sesekali terucap di lisan.
Pada perjumpaan pertama sy ada hal mendasar yang sy sampaikan ke bliau, jika kta ng jodoh kta jadi saudara. Sebuah kepercayaan yang memang saya sandarkan ke bliau, karena bliau memang seperti sahabat sy yang dengan mudah sy bisa bercerita, dimana itu tak mudah saya lakukan selepas masa kesedihan saya. Saya seperti menemukan sosok mix teman, sahabat, abang dan ayah dalam diri bliau. kemudian juga saya melihat bliau seperti perlu teman, merasa sendirian. Itu yang awal saya lihat. Karena bagi saya menikah selain syarat kemauan dari kta adalah restu dan izin dari keluarga.

Hingga menuju pernikahan, sebenarnya banyak hal yang membuat kami menjalani riak2 kecil sehingga bergaduh. Harusnya jika bliau ng mau menikahi ya saat itu sudah berkeputusan. Ya maju mundur sebuah perjalanan menuju menikah, cabaran dan ujian. Tapi sy merasa sejak jumpa bliau, lebih ekspresif, lebih bisa menyampaikan apa yang dirasakan daripada dipendam termasuk dalam hal plan nafkah yang akan dikasih ke sy, itu yang membuat heran, saya juga berani menanyakan hak2 yang nanti akan saya terima. Mungkin ini bentuk antisipasi sy setelah saya mengalami kegagalan pertama dalam pernikahan.
Diluar soal ketertutupan bliau tentang nafkah yang akan diberi k saya, juga basa basi bliau itu yang cukup mengganggu, bliau banyak menyampaikan hal yang sifatnya seperti berjanji dengan maksud menyenangkan perempuan. Dan itu tidak membuat ku terkesima dan lalai. Alhamdulillah, hanya jadi catatan bliau ingin memberi niat kebaikan dan kebahagiaan yang akupun merasakan lisannya itu sebuah keseriusan bukan sebuah candaan.
terhenti sejenak. Lagu piya bole parineeta, mengalun, antara sedih n terharu....dulu dalam bayangan saya akan merasai cinta spt dalam lagu tersebut. kasih sayang sy peroleh dari suami, sayangnya bliau suami orang..

piya bole-piya bole kya ye bole januna.

lanjut ya..walo ngantuk n sedihnya ng ilang. lagu lagu india yang biasanya membuat bahagia ternyata ng bs menghapus kesedihanku.
tp mata kantuk. sepetinya ng bs tertahan. sdh ng fokus.

nanti dsambung. kayaknya ini nanti tentang analisa sy kenapa bliau poligam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar