Sabtu, 27 Juni 2015

Jika aku bisa memilih aku tidak mau menjadi kesekian

sedih masih melanda, sesak di dada, alhamdulillah ng nangis aja. Sebenarnya kesedihan tentang kekurangannya juga pernah tak tulis...nanti coba tak baca lagi, tentang apa lupa. mungkin tentang sifat bliau.

kali ini ingin bercerita, rasanya menjadi istri kesekian kali. bagaimana rasanya, walopun aku baru tahu sekitar 2 bulan mau 3 bulan ini. Banyak rasa. Yang jelas sedih banget. Mungkin penghiburku, karena suami melamarku dengan baik, mengikuti lamaran sebagaimana gadis dilamar walau aku sendiri bukan gadis lagi. Alhamdulillah aku pernah merasakan sebagaimana mungkin perempuan-perempuan lain di lamar. walo proses menuju pernikahan sulit, banyak ujian, banyak gaduh dan begitu kuatnya aku dan kami memperjuangkan pernikahan ini walopun dukungan orang tua dan saudara kurang tapi dalam niat saya ini jalan hidup. saya sudah mau menikah saja alhamdulillah karena sepertinya rasa trauma and wait see menggelayuti aku.Bliau memenuhi kriteria pada sosok suami yang kuperlukan. Bliau datang melihatku, menunjukkan itikad. Beberapa yang suka baik yang lebih muda, duda, lebih tampan mau berpoligami, entah kenapa tidak membuka hati saya untuk mau menuju pernikahan. Ada yang muda tampan, tampan melihat sosok fisik, latar belakang keluarga dan tak lihat pendidikan okepun tak membuat aku beranjak membuka diri. Yang ada uncofidence karena nanti saya menapouse laki2 itu sedang masa2 matang karir dan jiwanya. Bahkan saat ada duda, tampan, yang datang tak jauh beda dengan suami, cara mengenalpun islami melalui perantara tidak menggerakkanku untuk mau membuka diri. Satu alasan yang membuat saya ng mau, karena laki2 itu memintaku langsung jadi ikut dengannya setelah menikah. Sedangkan bagiku masih wait and see. Melihat bagaimana laki2nya bertanggungjawab padaku dulu dalam nafkah lahir, setelah yakin baru bisa ikut apa yang sepatutnya dilakukan sebagai istri.
Bahkan ada yang terlalu pede sudah berpoligami dengan 2 istri, ngajak menikah mau datang k lampung mau kirim makanan dan jika mau jadi istrinya hadiahnya umroh tidak membuatku tergiur, padahal dalam konteks pemikiran poligami, ini lebih memenuhi kriteriaku, yaitu dulu pikirku jika Allah mentakdirkan poligami dalam tataran wacana dan diskusi dengan teman2 (kala itu masih bersuami pertama) sy ingin menjadi istri pertama atau ke3, karena istri pertama dalam benak saya, jika suami berpoligami dan tumbuh rasa sayang pada istri baru setidaknya tidak akan melupakan, karena dengan istri pertama adalah teman suka duka merintis dari susah. Bukan karena posisi istri pertama merupakan tempat terhormat dan teraniaya. Tapi sebagai istri pertama karena sudah biasa dalam hidup mengawali berumah tangga dari nol akan mau tidak mau menerima pilihan suami dan takdir Allah seandainya dititipkan pada kita. Walaupun kala itu jika terjadi padaku apakah aku mampu menjalaninya atau ng, walllahualam. Karena aku memang belum pernah dikasih Allah amanah status itu. Kemudian kenapa terpaksa mau jadi istri ke 3 dan seterusnya, lebih karena posisi aman. Ketika laki-laki menikah dengan istri ke3 setidaknya laki2 tersebut sudah berhasil membina 2 keluarga. Kemudian juga merupakan posisi aman lebih merasa aman daripada istri kedua yang sering di masyarakat ada sebutan wanita perebut suami orang yang tentunya menimbulkan beban psikologis.
Pun demikian ketika Allah kasih aku status janda, dan sodaraku menasihati, kebetulan dia termasuk yang menerima konsep poligami, supaya aku mengambil amal sholeh poligami karena dalam keluarga besar kta belum ada yang mempraktekkan aku masih menolak. Kala itu aku akan dikenalkan sama PNS yang sudah memiliki istri dan mungkin dibujuk saudaraku untuk melakukan praktek ini. Sosoknya memadai, masih muda dan dari fisik tampan juga. Pernah telpon karena dikasih nomornya oleh saudara terkait PAUD. Dan pernah ketemu juga yang tak sengaja dan baru tahu klo yang kami telponan adalah beliau. Sudah tahu memungkinkan sering ketemu, saya sengaja menghindar mungkin juga kala itu penjagaan diri saya masih bagus terhadap laki-laki. Kalau diajak berbincang menjawab secukupnya. Dan saya juga merasa mungkin laki-laki melihat saya sendiri, kalaupun tidak ada rasa suka, paling terbersit rasa kasian, karena saya sendiri, di perantauan. Ya Allah sedihnya...begini hidup yang Engkau berikan padaku. Semoga perasaan sendirian, perasaan tak ada perlindungan dari suami itu membuatku kuat, karena manusia siapapun memang tidak bisa jadi sandaran hidup. Mereka semua hanya sarana perantara untuk menjadikanMu sebagai satu-satunya sandaranku untuk sisa umurku.

Kembali ke topik gimana rasanya jadi istri kesekian, kata suami istrinya sih 7, sy tahu bercanda tapi biarlah saya malas bercanda urusan begini karena itu memainkan hati. Mungkin saya belum menjalani sepenuhnya.Tapi setelah tahu realitas sebenarnya. Ya seperti ini, campur aduk. Kadang merasa sedih sendiri. Apalagi tahu pernikahan suami dgn istrinya sudah terlewati 20 tahun. Bukan waktu yang pendek. Dan aku melihat tiada kekurangan dalam mereka berkeluarga menurut mata awam kami. Suami yang bekerja dengan pekerjaan bagus, istri yang cantik, anak2 yang sudah menjelang dewasa yang terlihat dari fbnya anak-anak sholeh berpendidikan. Istri yang kepadaku pada saat memberitahu kenyataan sesungguhnya tentang suami, masih dengan kata kata sopan. Subhanallah, kenapa pesan itu baru saya ketahu 22 April kemaren. Kenapa ng sebelum kami menikah kak.
Dalam konteks menjadi keluarga baru dalam keluarga suami, rasaku antara unconfident, sedih, merasa bersalah dan juga berhati-hati terhadap masa depan diriku sendiri ke depan.
Dengan tahunya keadaan sebenarnya, setidaknya aku sudah mendapat jawaban mengapa perasaanku yang bilang suami tergolong suami yang sedang-sedang saja, tidak murah hati sangat, murah hatinya saat mau menikahiku menghujani dengan hadiah menurut selera bliau, alhamdulillah. tapi tidak dengan uang nafkah. yang bliau berikan itu bagiku biasanya saja, bukannya aku kurang bersyukur tp melihat rekam jejak pekerjaannya yang aku sendiri tidak tahu berapa gajinya tp karena aku tahunya bliau bujang, punya usaha dan untuk ngurus mobilnya aja dua dimana mungkin biaya operasionalnya dengan pemberian pada istri lebih banyak biaya operasional mobilnya. Pun demikian alhamdulillah pemberiannya sudah melebihi gaji saya dan kebetulan karena saya masih bekerja, jadi lumayan terasa terlihat pemberiannya bisa dialokasikan sesuai rencana hidupku.
Namun dengan mengetahui keadaan sebenar, beragam rasa campur aduk ada dalam diriku. Kadang aku pasrah, seperti tidak punya pilihan hidup lain kecuali melanjutkan hidup, karena aku memang bukan type orang yang berani spekulasi ambil langkah mundur atau berbalik arah. Aku tipe orang yang ingin aman, dan stabil, tidak mampu mengalami goncangan yang hebat seperti ujian Allah dengan status janda kemaren dimana walau itu terjadi pada hidupku, akhirnya hikmah Allah besar diberikan padaku, aku jg banyak blajar tentangMu, belajar hakikat hidup dan belajar supaya menjalani hidup biasa saja, tidak sedih dan bergembira dalam hidup. Serta dunia dan amanah-amanahMu bisa jadi perhiasan, ujian, fitnah bahkan musuh.
Kenapa aku memilih pasrah, ya memang aku menyayanginya, ada perasaan yang walau bliau tidak bercerita padaku, ada yang beliau perlukan dari sedikit yang mungkin kumiliki. Ada rasa ketemu soulmate saat bersama bliau bercerita, berbagi pengalaman dan sewaktu bliau ngaku bujang, ada rasa senasib. Di usia seperti ini ternyata diluar sana masih banyak orang yang sendirian. Dan nggak tahu kenapa tingkah lakunya pun menurut pengamatan yang mampu saya lakukan sebagai orang yang sudah menikah bliau ya seperti bujang, tidak terlihat beban tanggungjawabnya. Apa mungkin ini namanya puber ke 2 ke 3 bagi laki-laki hehehhe, disaat pekerjaan mapan, hidup terasa mudah karena tercukupi, keluarga sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, laki2 merasa terasing kesepian dan mencari hiburan di luar sana. Tapi memang suami dan saya dalam menjalani perkenalan termasuk type yang rada ekspresif. Sy yang sebelumnya sama laki2 lain sangat menjaga diri, tiba2 berani diboncengnya bermotor sebelum nikah. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
wallahualam, sampe hari ini sy belum tahu alasan spesifik mengapa bliau mengambil pilihan ini yang bukan hal mudah, pertanggungjawabannya padaNya berat. Mungkin bliau memang ingin mengambil amal sholeh ini pun demikian langkah yang diambil belumlah bijak dan seharusnya ke depan terus memperbaiki diri disertai ilmu.
Kedua pilihan pasrah itu karena perasaan dan keyakinan saya, pilihan hidup saya ng banyak, saya pernah jadi janda, masak menjadi janda kedua kalinya dengan janda cerai hidup. Alangkah, di hadapan Allahpun saya akan merasa bersalah karena berarti saya tidak becus berumahtangga. Ketiga faktor umur yang melewati batas untuk menikah lagi misalnya diluar faktor jodoh. Selain itu Allah belum menitipkan amanah padaku salah satunya anak. Ya Allah. astagfirllah. La tahzan innallaha maashabirin. Sy ingin berusaha iklas dan tawakal dengan semua pemberianMu. Ingin bersyukur. Bagi orang sekitarku menurut standar mereka berkeluarga, aku dan sodara2ku termasuk kategori ketinggalan, tidak hanya dari segi ekonomi namun dari segi amanah lain, masku tertua belum ada rezki jodoh, aku sendiri kurang beruntung dari amanah anak, rezki harta, alhamdulillah masih ada pekerjaan, pun demikian bersyukur jika melihat orang sekitarku masyarakat dampinganku, alhamdulillah masalahku tak sebesar ujian2 hidup. Dan pernah kubaca dunia memang tempat ujian, cobaan, sedang jika kta melihat orang yang kafir, kurang sholeh dan mencari rezkinya tidak halalpun Allah lebihkan dengan amanah duniawi. Itu disebut istidraj.
Dengan banyaknya kekurangan bagi sebagian orang sekitarku melihat dengan kasat mata...apa yang kumiliki selain ingin mencintaiMu dari semua kumiliki. Ingin ridho' dengan segala ketentuanmu. Ya Allah nyerinya, tanganku lunglai untuk melanjutkan kisah ini.


rehat dulu, liat jemuran karena ujan, duhur, n persiapan ifhtar, pisang rebus
Inginku saat tertentu lebih  berhati-hati terhadap suami karena sampai hari ini ingin aku teryakinkan bahwa aku juga menjadi bagian hidup dan masa depannya, di sisa umurku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar