Minggu, 28 Juni 2015

POLIGAMI BUKANLAH SEGALA-GALANYA…”

But let me write down the conclusion about this book,  which i like very muchyang juga merupakan bab penutup dari buku ini. And here it is….
“Segala puji hanya milik Allah, yang tidak pernah menyia-nyiakan siapa pun yang mengharapkan keridhaan-Nya, dan tidak pernah menampik siapa pun yang memanjatkan doa kepada-Nya.
Poligami atau menikahi istri lebih dari satu merupakan bagian dari syari’at Islam yang telah diatur syarat-syarat dan kaidah-kaidahnya dengan terperinci. Di dalamnya ada kegembiraan, kesedihan, keindahan dan juga kericuhan-kericuhan. Kesemuanya mengajarkan banyak hal bagi kita bersama, bahwa POLIGAMI itu bukanlah hal yang sederhana, dan ia sama sekali tak layak disederhanakan sedemikian rupa.
Artinya, syariat poligami itu haruslah dipandang sebagai salah satu solusi bagi kebutuhan seorang muslim, dan bukan satu-satunya solusi. Sebagai sebuah solusi, maka sosok poligami tak harus muncul dalam bingkai yang sama, hukum yang sama, konsekuensi yang sama dan wujud implementasi yang sama. Bagi sebagian orang bisa menjadi solusi yang baik untuk kebahagian keluarganya, dan untuk memenuhi kebutuhan manusiawinya sebagai pria muslim yang normal. Namun bagi orang lain, bisa jadi bukan solusi yang baik, atau bahkan justru menjadi bibit dari banyak prahara dalam kehidupannya.
Maka, marilah meletakkan poligami secara proporsional dalam kehidupan Islam kita. Pasti, kita harus menerima adanya syariat poligami dalam Islam. Dan kita mendoakan kebaikan bagi mereka yang melaksanakan poligami secara proporsional dan berusaha mengikuti bimbingan Islam dalam menerapkannya.
Tapi,  mengutip ucapan salah seorang sahabat saya POLIGAMI BUKANLAH SEGALA-GALANYA…”
Akhir kata, saya merekomendasikan buku ini bagi mereka yang ingin lebih ‘melek’ dan mengetahui tentang apa itu poligami syar’i, syarat-syarat, adab, tahapan, resiko, plus dan minusnya. A good book to reconsider for married couple, I think.
Dan setelah membacanya, saya bilang pada suami, “Emang bener ya A, poligami itu kalo tanpa ilmu dan pelakunya nggak wise, bukan sakinah yang didapat, melainkan neraka. Ia bisa menjadi solusi, atau justru menjadi polusi..”. Saya juga menganjurkan suami untuk membacanya. Apakah berarti kemudian saya siap untuk dipoligami? Eitss…. menurut saya itu dua hal yang berbeda yaaa~ smile
Allaahul Musta’an…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar